TEORI PERSALINAN
A. Pengertian
a. persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir (Saifudin, abdul bari.2002)
b. Persalinan
adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melelui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006)
c. Persalinan
normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu
sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)
B. Etiologi Persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih
merupakan teori – teori yang kompleks. Faktor – faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi
di sebut sebagai faktor – faktor yang mengakibatkan persalinan mulai.
Menurut Wiknjosastro (2006) mulai dan
berlangsungnya persalinan, antara lain :
a.
Teori penurunan hormon
Penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira – kira 1 – 2 minggu
sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot – otot
uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesterone turun.
b.
Teori plasenta menjadi tua
Villi
korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
c.
Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di keluarkan.
d.
Teori distensi rahim
Keadaan
uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot – otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menggangu
sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi.
e.
Teori iritasi mekanik
Tekanan
pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.
f.
Induksi partus (induction of labour)
Parus dapat di timbulkan dengan
jalan :
1)
Gagang laminaria : beberapa laminaria di
masukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
2)
Amniotomi : pemecahan ketuban.
3)
Oksitosin drips : pemberian oksitosin
menurut tetesan infuse.
C. Patofisiologi Persalinan
a.
Tanda – tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda – tanda
permulaan peralinan :
1) Lightening
atau settling atau dropping
Yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3)
Perasaan sering – sering atau susah
kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4)
Perasaan sakit di perut dan di pegang
oleh adanya kontraksi. Kontraksi lemah di uterus, kadang – kadag di sebut “ traise labor pains”.
5)
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar
dan sekresinya bertambah juga bercampur darah (bloody show)
6)
Tanda – tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda
inpartu :
1)
Rasa sakit oleh adanya his yang dating
lebih kuat, sering dan teratur.
2)
Keluar lender bercampur darah (show)
yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada serviks’
3)
Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4)
Pada pemeriksaan dalam : serviks
mendatar dan pembukaan telah ada.
D. Pembagian Tahap Persalinan
a.
Persalinan kala I
Menurut
azwar (2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Dengan ditandai dengan :
1) Penipisan
dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimalm2 kali dalam 10 menit).
3) Keluarnya
lendir bercampur darah.
Menurut wiknjosasto, kala pembukaan di bagi
atas 2 fase yaitu :
1) Fase
laten
Pembukaan
serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung kira – kira 8 jam.
2) Fase
aktif
Dari
pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung kira – kira 7 cm.
Di
bagi atas :
a)Fase
akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
b) Fase
dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
c)Fase
deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase
aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai pada primigravida maupun multigravida,
tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das fase deselerasi terjadi
lebih pendek.
(1) Primigravida
Osteum
uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka, berlangsung kira – kira 13 –
14 jam.
(2) Multigravida
Osteu
uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang
bersama.
b.
Kala II (pengluaran)
Menurut
winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
Pada
kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira 2 -3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air bersih,
dengan tanda anus terbuka.
Pada
waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan maksimal kepala janin di lahirkan dengan suboksiput di
bawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istriadat
sebentar, maka his akan mulai lagi untuk meneluarkan anggota badan bayi.
c.
Kala III (pelepasan uri)
Kala III adalah waktu untuk
pelepasan dan pengluaran uri (mochtar, 1998). Di mulai segera setelah bayi baru
lahir samapi lahirnya plasenta ysng berlangsung tidak lebih dari 30 menit
(saifudin, 2001)
1) Tanda
dan gejala kala III
Menurut
depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah : perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba – tiba.
2) Fase
– fase dalam pengluaran uri (kala III)
Menurut
Mochtar (1998) fase – fase dalam pengluaran uri meliputa :
a)
Fase pelepasan uri
Cara
lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :
(1) Schultze
: lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini paling sering terjadi (80%).
Yang lepas duluan adalah bagian tengah, kemudian seluruhnya.
(2) Duncan
: lepasnya uri mulai dari pinggir, uri lahir akan mengalir keluar antara selaput
ketuban pinggir plasenta.
b)
Fase pengeluaran uri
Persat
– perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain :
(1)
Kustner, dengan meletakkan tangan
disertai tekanan pada atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali
pusat masuk (belum lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
(2)
Klein, saat ada his, rahim kita dorong
sedikit, bila tali pusat kembali ( belum lepas), diam atau turun ( sudah
lepas).
(3)
Strassman, tegangkan tali pusat dan
ketok fundus bila tali pusat bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah
lepas), rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dank eras, keluar darah secara tiba – tiba.
d.
Kala IV ( obsevasi )
Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai
dari saat lahirnya plasena sampai 2 jam pertama post partum.
Observasi
yang di lkukan pada kala IV adalah :
1)
Tingkatk kesadaran
2)
Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan
darah, nadi dan pernafasan
3)
Kontraksi uterus
4)
Perdarahan : dikatakan normal jika tidak
melebihi 500 cc.
E.
Mekanisme
Persalinan Normal
Menurut
Manuaba (1999) gerakan – gerakan janin dalam persalinan adalah sebagi berikut :
a.
Engagement ( masuknya kepala ) : kepala
janin berfiksir pada pintu atas panggul.
b.
Descent ( penurunan )
Penurunan
di laksanakan oleh satu / lebih.
1)
Tekanan cairan amnion
2)
Tekanan langsung fundus pada bokong
kontraksi otot abdomen.
3)
Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4)
Kekuatan mengejan.
c.
Fleksion (fleksi)
Fleksi
di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada PAP, serviks,
dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran kepala yang melalui
jalan lahir kecil, karena diameter fronto occopito di gantikan diameter sub
occipito.
d.
Internal rotation ( rotasi dalam)
Pada
waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari janin memutar ke depan ke bawah simfisis ( UUK berputar ke depan
sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis)
e.
Extensition ( ekstensi )
Ubun
– ubun kecil (UUK) di bawah simfisis
maka sub occiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi
( ekstensi ).
f.
External rotation (rotasi luar)
Gerakan
sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala denga punggung anak.
g.
Expulsion ( ekspusi ) : terjadi
kelahiran bayi seluruhnya.
F.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut
mochtar ( 1998 ) faktor – fakor yang berperan dalam persalinan antara lain :
a.
Jalan lahir (passage)
1)
Jalan
lahir di bagi atas :
a) Bagian
keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ).
b) Bagian
lunak panggul.
2)
Anatomi jalan lahir
a) Jalan
lahir keras : pelvis/panggul
Terdiri
dari 4 buah tulang, yaitu :
(1) Os.coxae,
terdiri dari : os. Illium, os. Ischium, os.pubis
(2) Os.sacrum
: promontorium
(3) Os.coccygis.
Tulang
panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2 bagian :
(1) Pelvis
major : bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan
persalinan.
(2) Pelvis
minor : menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan.
b) Jalan
lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan
vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah
panggul.
3)
Bidang – bidang Hodge
Adalah
bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan, yaitu
seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam.
Bidang
hodge :
Ø Hodge
I : promontorium pinggir atas
simfisis
Ø Hodge
II : hodge I sejajar pinggir bawah
simfisis
Ø Hodge
III : hodge I sejajar ischiadika
Ø Hodge
IV : hodge I sejajar ujung coccygeus
Ukuran – ukuran panggul
:
Ø Distansia
spinarium (24 – 26 cm)
Ø Distansia
cristarium (28 – 30 cm)
Ø Conjugate
externa (18 – 20 cm)
Ø Lingkar
panggul (80-90 cm)
Ø Conjugate
diagonalis (12,5 cm)
b.
Passenger ( janin dan plasenta )
1) Janin
Persalinan
normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur, presentasi belakang
kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gram.
2) Plasenta
Plasenta
berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim). Dengan tuanya
plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan turunya kadar
estrogen dan progesterone sehinga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal
ini akan menimbulkan kontraksi.
c.
Power (kekuatan)
Yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong
janin keluar dalam persalinan terdiri dari :
1) His
(kontraksi otot rahim)
His
yang normal mempunyai sifat :
Ø Kontraksi
dimulai dari salah satu tanduk rahim.
Ø Fundal
dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
Ø Kekuatannya
seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehinnga terjadi refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2) Kontraksi
otot dinding perut.
3) Kontraksi
diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan
dan kontraksi ligamentum.
G. Perubahan – Perubahan Fisiologis
Dalam Persalinan
Menurut
pusdiknakes 2003, perubahan fisiologis dalam persalinan meliputi :
a. Tekanan
darah
Tekanan darah meningkat selama
kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan
diastolic rata – rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah
kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga
akan meningkatkan tekanan darah.
b.Metabolism
Selama persalinan metabolism
karbohidrat aerobic maupun metabolism anaerobic akan naik secara berangsur
disebabkan karena kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan inni
ditandai dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output,
dan kehilangan cairan.
c. Suhu
badan
Suhu badan akan sedikit meningkat
selam persalinan, terutama selam persalinan dan segera setelah kelahiran.
Kenaikan suhu di anggap normal jika tidak melebihi 0.5 – 1 ˚C.
d. Denyut jantung
Berhubungan
dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama
kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung
sedikit meningkat di bandingkan sebelum persalinan.
e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka
terjadi peningkatan laju pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi yang
lama di anggap tidak normal dan bias menyebabkan alkalosis.
f. Perubahan
pada ginjal
Poliuri sering terjadi selama
persalinan, mungkin di sebabkan oleh peningkatan filtrasi glomerulus dan
peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa
dalam persalinan.
g.Perubahan
gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi
makan padat secara substansial berkurang banyak sekali selama persalinan. Selai
itu, pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan
hamper berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak
berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau muntah
biasa terjadi samapai mencapai akhir kala I.
h.
Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2
garam/100 ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali ada perdarahan post partum.
H. Perubahan Psikologi Pada Ibu
Bersalinan Menurut Varney (2006) :
a.
Pengalaman sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri
dan fokus pada dirinya sendiri ini timbul ambivalensi mengenai kehamilan
seiring usahanya menghadapi pengalaman yang buruk yang pernah ia alami
sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab ,yang
baru atau tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu.
b.
Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin
cenderung kurang bias terkendali yang di akibatkan oleh perubahan – perubahan
yang terjadi pada dirinya sendiri serta pengaruh dari orang – orang
terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive terhadap semua hal. Untuk
dapat lebih tenang dan terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan
sesame ibu – ibu hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman dan pendapat.
c.
Persiapan menghadapi persalinan ( fisik,
mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung
mengalami kekhawatiran menghadapi persalinan, antara lain dari segi materi
apakah sudah siap untuk menghadapi kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang
baru dengan adnya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang
berhubungan dengan risiko keselamtan ibu itu sendiri maupun bayi yang di
kandungnya.
d.
Support system
Peran serta orang – orang terdekat
dan di cintai sangat besar pengaruhnya terhadap psikologi ibu bersalin biasanya
sangat akan membutuhkan dorongan dan kasih saying yang le bih dari seseorang
yang di cintai untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
I.
Penatalaksanaan
Ibu Bersalin Normal
Penatalaksanaan ibu
bersalin normal kala I sampai dengan kala IV
a.
Asuhan kala I
Menurut depkes RI (2004), asuhan kala I yaitu :
1) Melakukan
pengawasan menggunakan partograf mulai pembukaan 4 – 10 cm.
2)
Mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam .
3)
Menilai dan mencatat kondisi ibu dan bayi
yaitu :
Ø DJJ
setiap 30 menit.
Ø Frekuensi
dan lamanya kontraksi uterus tiap 30 menit
Ø Nadi
setiap 30 menit
Ø Pembukaan
serviks tiap 4 jam
Ø Penurunan
kepala tiap 4 jam
Ø Tekanan
darah tiap 4 jam
Ø Temperature
tubuh timpat 2 jam
Ø Produksi
urin, aseton, dan protein setiap 2 jam.
4)
Pengawasan 10, menurut saifudin (2002)
meliputi :
Ø Keadaan
umum
Ø Tekanan
darah
Ø Nadi
Ø Respirasi
Ø Temperature
Ø His/
kontraksi
Ø DJJ
Ø Pengluaran
pevaginam
Ø Bandle
ring
Ø Tanda
– tanda kala II :
Menurut Azwar (2007), tanda tanda kala II
:
(1)
Ibu mempunyai untuk meneran
(2)
Ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rectum dan vaginanya
(3)
Perineum menonjol
(4)
Vulva, vagina spingter anal membuka
Menurut saifudin ( 2002 ), asuhan
kala I adalah :
(1) Bantulah
ibu dalam poersalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan :
Ø Berikan
dukungan dan yakinkan dirinya.
Ø Berikan
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya.
Ø Dengarkanlah
keluhannya
Ø Dan
cobalah untuk lebih sensitive
(2) Jika
ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :
Ø Lakukan
berubahan posisi
Ø Posisi
sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya di
anjurkan tidur miring ke kiri
Ø Sarankan
ibu untuk berjalan
Ø Ajaklah
orang untuk menemaninnya ( suami/ ibunya ) untuk memijat dan menggosok
punggungnya atau membasuh mukenya di antara kontraksi.
Ø Ibu
di perbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya.
Ø Ajarkan
kepadanya teknik bernafas : ibu di minta untuk menarik nafas panjang, menahan
nafasnya sebentar kemudian di lepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu
terasa kontraksi.
(3) Penolong
tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup
atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seijin
pasien/ibu.
(4) Menjelaskan
kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan di
laksanakan dan hasil2 pemeriksaan.
(5) Memperbolehkan
ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah BAK/BAB.
(6) Ibu
bersalin biasanya merasa panas dan bnyak keringat, atasi dengan cara :
Ø Gunakan
kipas angin atau AC dalam kamar.
Ø Menggunakan
kipas biasa.
Ø Menganjurkan
ibu untuk mandi sebelumnya.
(7) Untuk
memenuhi kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum.
(8) Sarankan
ibu untuk berkemih sesegera mungkin.
b.
Partograf
Partograf
adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan
dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.( saifudin, abdul bari. 2002).
Partograf
adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan ( depkes RI,
2004).
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari
penggunaan partograf adalah untuk:
1.
Mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dengan menilai serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.
Mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan dengan normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara
dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Menurt depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
1.
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I
persalinan sebagai elmen penting asuhan
persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit.
2.
Partograf akan membantu penolong
persalinan dalam memantau, menevaluasi dan membuat keputusan klinik baik
persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
3.
Selama persalinan dan kelahiran di semua
tempat ( rumah, puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit,DLL).
4.
Secara rutin oleh semua penolong
persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu sekama pesalinan dan kelahiran (
dr. spesialis obstetric ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa
kedokteron).
Penggunaan partograf secara rutin akan
memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu.
Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan
jiwa mereka.
Mencatat temuan pada partograf :
1. Informasi
tentang ibu
Lengkapi
bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah
ketuban.
2. Kesehatan
dan kenyamanan janin
Kolom,lajur
dan skala pada partograf adalah untuk pencatatn DJJ, air ketuban dan penyusupan
( kepala janin ).
a)
DJJ
Dengan
menggunakan metode seperti yang di urauikan pada bagian pemeriksaan fisik,
nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda – tanda gawat
janin).
Kisaran
normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180. Tetapi,penolong
harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di
b)
Warna dan adanya air ketuban
Nilai
air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air
ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan
– gunakan lambing berikut ini :
Ø U : ketuban utuh (belum pecah)
Ø J : ketuban sudah pecah dan air ketuban
jernih
Ø M : ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium
Ø D : ketuban sudah pecah dan air
ketuan bercampur darah
Ø K :ketuban sudah pecah dan tidak
ada air ketuban (“kering”)
c)
Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan
adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan adanya
Chepalo Pelvic Disporportion
(CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang kepala
yang saling menyusup tidak dapat di pusahkan. Apabila ada dugaan disproporsi
tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan
tanda – tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Gunakan lambing lambing berikut :
0 : tulang – tulang kepala janin
terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi.
1
: tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2
: tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
di pisahkan.
3 : tulang – tulang kepala
janin saling tumpang tindih da tidak dapat dipisahkan
3. Kemajuan
persalinan
Menurut Depkes (2004), kolom dan lajr
kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
a)
Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang di
jelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan
dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai
dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari
pemeriksaan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di
garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
(tidak terputus).
b)
Penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang di
jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan
dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai
dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks umumnya di ikuti dengan turunnya bagian terbawah/presentasi
janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar & cm.
c)
Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada
pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per
jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang di
perlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit
atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obsetetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak
atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu
harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui.
4. Jam
dan waktu
a)
Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-16. Setiap
kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase aktif persalinan.
b)
Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu
misalnya fase aktif, tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan
waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
5. Kontraksi
uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat
lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom
paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap
30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka
pada kotak yang sesuai.
6. Obat
– obatan dan cairan yang di berikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi
uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan
cairan IV.
a.
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah
di mulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang di berikan
per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b.
Obat – obatan lain dan cairan IV
catat semua pemberian obat – obatan
tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7. Kesehatan
dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan
partograf berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan.
a.
Nadi, tekanan darah, dan temperature
tubuh.
Angka
di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah
ibu.
(1)
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit
selama fase aktif persalinan.
(2)
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap
4 jam selama fase aktif persalinan.
(3)
Nilai dan catat temperature tubuh ibu
(lebih sering jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan
catat temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
b.
Volume urine, protein atau aseton
Ukur
dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali ibu
berkemih).
8. Asuhan,
pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat
semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik
mencakup :
a.
Jumlah cairan peroral yang di berikan.
b.
Keluhan sakit kepala atau penglihatan
(pandangan) kabur.
c.
Konsultasi dengan penolong persalinan
lainnya (dokter obsgyn, bidan, dokter umum).
d.
Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e.
Upaya rujukan.
Pencatatan
pada lembar belakang partograf :
Halaman belakang partograf
merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang terjadi selama proses persalinan
dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di lakukan sejak pesalinan kala I
hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini di sebut
sebagai catatn persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang di berikan pada ib u
dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang
sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik,
terutamam pada pemantaun kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan). Selain itu, catatan persalinan( yang sudah di isi dengan lengkap
dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah
di lakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
c.
Asuhan kala II
Menurut depkes RI ( 2008) asuhan persalinan normal
(58 langkah) adalah sebagai berikut:
1. Mengamati
tanda dan gejala kala II
a)
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b)
Ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rectum dan atau vaginanya.
c)
Perineum menonjol.
d)
Vulva, vagina dan spingter anal membuka.
2. Menyiapkan
pertongan persalianan
a)
Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan
obat – obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi
ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia → tempat dan datar dan keras, 2 kain
dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari
tubuh bayi.
Ø Menggelar
kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
Ø Menyiapkan
antitoksin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
b)
Memakai celemek plastic
c)
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan
yang di pakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
d)
Memakai sarung tangan DTT pada tahun
yang akan di gunakan untuk periksa dalam.
e)
Memasukkan oksitosin ke dalam tabung
suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alt suntik).
3. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
baik
a)
Membesihkan vulva dan perineum, dengan
hati – hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang di
basahi air DTT.
Ø Jika
introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan kebelakang.
Ø Bung
kapas atau kasa pembersih ( terkontaminasi ) dalam wada yang tersedia.
Ø Ganti
sarung tangan jika terkontaminasi ( dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin, 0,5 % → langkah #9 ).
b)
Melakukan periksa dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
Bila
selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
c)
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5 % selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
d)
Memeriksa DJJ setelah kontraksi atau
saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120 – 160
x/menit ).
Ø Mengambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
Ø Mendokumentasikan
hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil – hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf.
4. Menyiapkan
ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
a) Memberitahukan
bahwa pembukaan sudah lengkap an keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
Ø Tunggu
hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) da dokumentasika semua
temuan yang ada.
Ø Jelaskan
pada anggota keluarga tentang bagaimana pern mereka untuk mendukung dan member
semanat pada ibu untuk meneran secara benar.
b) Meminta
keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, dan ibu ke posisi setengah duduk atau posisisi
lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
c) Melaksanakan
bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
Ø Membimbing
ibu agar dapat meneran seara benar dan efektif.
Ø Mendukung
dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai
Ø Membantu
ibu mengambil posisi yang nyaman sesui pilihannya ( kecuali posisi berbaring,
terlentang dalam waktu yang lama ).
Ø Menganjurkan
ibu untuk istirahat di antara kontraksi.
Ø Menganjurkan
keluarga member dukunga dan semangat untuk ibu
Ø Memberikan
cukup asupan cairan peroral ( minum).
Ø Menilai
DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
Ø Segera
rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 j2m)
menean (primigravida) atau 60 menit ( 1 jam) meneran (multigravida).
d) Menganjurkan
ibu untuk berjalan, berjongkok atau me gambil possisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
5. Menyiapkan
pertongan kelahiran bayi
a) Meletakkan
handuk bersih ( untuk meneringkan bayi ) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
b) Meletakkan
kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
c) Membuka
tutup parus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
d) Memakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan.
e) Setelah
tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perinem
dengan 1 tanagan yang di lapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahahn kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepal.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
f) Memeriksa
kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesui jika hal
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Ø Jika
tali pusat meliliti leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
Ø Jika
tali pusat meliliti leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
di antara 2 klem tersebut.
g) Menunggu
kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
h) Melahirkan
bahu
Setelah
kepalka melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipareintal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat berkontraksi. Dengan lenbut gerakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
i)
Melahirkan badan dan tungkai
Ø Setelah
kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
Ø Setelah
tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk antara kaki dan
pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).
6. Penanganan
bayi baru lahir
a)Melakukan
penilaian ( sepintas ) :
Ø Apakah
bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
Ø Apakah
bayi bergerak dengan aktif ?
b) Mengeringkan
tubuh bayi
Mengeringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang
kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
c)
Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (janin tunggal).
d)
Member ibu bahwa ia akan di suntik
oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
e)
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,
suntikan oksitosi 10 unit im (intra muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
laterl (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
f)
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit
tali pusat dengan klem kira – kaira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
g)
Memotong dan mengikat tali pusat.
Ø Dengan
1 tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
Ø Mengikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya denan simoul kunci pada sisi lainnya.
Ø Melepaskan
klem dan masukkan dalam wadah yang telah di sediakan.
h)
Meletakkan bayi agar ada kontak kulit
ibu ke kulit bayi.
Letakkan
bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehinng bayi menempel di dada
atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
i)
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat
dan pasang topi di kepala bayi.
d.
Asuhan kala III
Menurut depkes RI ( 2008 ) melekukan manajmen aktif
kala III meliputi :
1. Memindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm dari vulva.
2.
Meletakkan 1 tangan diatas kain pada
perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan
tali pusat.
3.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan
tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta
tidal lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontrksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
·
Jika uterus tidak segera berkontraksi,
minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melekukan stimulasi putting susu.
4.
Mengeluarkan plasenta
a)
Melakukan penegangan dan dorongan
dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetaplakukan tekanan dorso-kranial).
ika
tali pusat bertambah panjanng, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10cm
dari vulva dan lahirkan plasenta.
b)
Saat plasenta muncul di introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudaian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah di sediakan.
c)
Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir, lakuakan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
5.
Menilai perdarahan
a)
Memeriksa kedua sisi plasenta baik
bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
b)
Evaluasi kemungkinan laserasi pada
vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila
ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
6.
Melakukan prosedur pasca persalinan
a)
Memastikan uterus berkontraksi dengan
baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
b)
Membiarkan bayi tetap melakukan kontak
kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Ø Sebagian
besar bayi akn berhasil melekukan insiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu pertama basanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara.
Ø Biarkan
bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
c)
Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau
pengukuran bayi, beri tetes mata anti biotic profilaksis, dan vitamin K1, 1 mg
im dip aha kiri anterolateral.
d)
Setelah 1 jam pemberian vit. K1, berikan
suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kana anterolateral.
e)
Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu
agar sewaktu waktu bias di susukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila
bayi beleum berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
7.
Evaluasi
a)
Melanjutkan pemantauan kontraksi dan
mencegah perarahan pervahinam.
Ø 2
sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
Ø Setiap
15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Ø Setiap
20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Ø Jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan s=asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
b)
Mengajarkan ibu atau keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
c)
Evaluasi dan estimasi jmlah kehilangan
darah.
d)
Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 mnit
selama jam ke-2 pasca persalian.
Ø Memeriksa
temperature tubuh ibu sekali setiap jam selema 2 jam pertrama pasca persalinan.
Ø Melakukan
tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
e)
Memeriksa kembali bayi untuk pastikan
bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (
36,5-37,5 ).
8. Kebersihan dan keamanan
a) Tempatkan semua peralatan bekas
pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah di dkontaminasi.
b) Membuang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
c) Membersihkan ibu dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
d) Memastikan ibu merasa nyaman.
Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga unntuk member ibu minuman dan
makanan yang di inginkannya.
e) Dekontaminasi tempat bersalin
dengan larutan klotin 0,5 %.
f) Celupkan kain tangan kotor ke
dalam larutan klorin 0,5%. balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
g) Mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air yang mengalir.
9. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan
dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
e.
Asuhan kala IV
Menurut depkes RI (2008) pemantauan pada kala IV
meliputi :
1. 1
jam pertama setip 15 menit yang di nilai yaitu :
Ø Tekanan
darah
Ø Nadi
Ø Suhu
Ø Tinggi
fundus uteri
Ø Kontraksi
uterus
Ø Kandungan
kemih
Ø Perdarahan
2. 1
jam kedua setiap 30 menit yang di nilai yaitu :
Ø Tekanan
darah
Ø Nadi
Ø Suhu
Ø Tinggi
fundus uteri
Ø Kontraksi
uterus
Ø Kandungan
kemih
Ø Perdarahan
:x
ReplyDeletematerix lengkap bu, thanks udh mucnculin artikel yang bagus,,,,,
ReplyDeleteur welcome...
ReplyDeleteMaterinya sangat membantu.. thanks
ReplyDeleteTerima kasih.. sangat bermanfaat dan membantu..
ReplyDeleteMateri nya sangat membantu.. khususnya utk persiapan kuliah di semester 3 ini..
ReplyDeleteTerimakasih Bu Bidan..
tq bidan diah atasmaterinya
ReplyDelete