Dukungan
bidan dalam pemberian
ASI
1. Tidurkan
bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama.
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan
disamping bagi pemberIbun ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan
sadar dalam beberapa jam pertama sesudah lahir. KemudIbun mereka akan memasuki
suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu
masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam
pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi
merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan
menyelimuti mereka. Jika mungkin lakukan ini paling sedikit 30 menit, karena
saat itulah kebanyakan bayi sIbup menyusu.
2. Ajarkan
cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul.
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu
bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga
mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus
mencuci tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan
sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangannya sesudah buang air
kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor. Ibu juga harus
membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari. Ibu tidak boleh
mengoleskan krim, minyak, alkohol, atau sabun pada putting susunya.
3. Bantulah
ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
i. Berbaring
miring, ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila Ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
ii. Duduk,
penting untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung Ibu dalam posisinya
tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan
dengan duduk bersila di atas tempat tidur atau di lantai, atau duduk di kursi.
Tanda-tanda bahwa bayi
telah berada pada posisi yang baik pada payudara yaitu:
1)
Seluruh
tubuhnya berdekatan dan terarah pada Ibu
2)
Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
3)
Areola tidak akan bias terlihat dengan jelas
4)
Bayi
terlihat tenang dan senang
5)
Ibu
tidak akan merasakan nyeri pada putting susu
4. Bayi harus ditempatkan dekat
ibunya di kamar yang sama (rawat gabung/rooming in).
Dengan
demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu harus
belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa byinya lapar. Bila Ibu
terpisah tempatnya dari bayi, maka Ibu akan lebih lama belajar mengenali
tanda-tanda tersebut.
5. Memberikan ASI pada bayi
sesering mungkin.
Biasanya
bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam.
Bila bayi tidak minta diberi ASI, katakana pada Ibu untuk memberikan ASInya
pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama
sesudah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI
pada bayi setiap/sesudah 4 jam, yang paling baik adalah membangunkannya selama
siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian besar bayi menyusu
setiap 2-3 jam.
6. Hanya
berikan kolostrum dan ASI saja.
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi saki dan
menurunkan persediaan ASI Ibunya karena ibu memproduksi ASI tergantung pada
seberapa banyak ASInya dihisap oleh bayi. Bila minuman lain atau air diberikan,
bayi tidak akan merasa lapar, sehingga ia tidak akan menghisap.
7. Hindari susu botol dan “dot
empeng”.
Susu
botol atau kempengan membuat bayi bingung dan dapat membuatnya menolak pentil
ibunya atau tidak menghisap dengan baik. Mekanisme menghisap botol atau
kempengan berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada payudara ibu. Ini
akan membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau kempengan, ia akan
lebih susah belajar menghisap ASI ibunya.
Selengkapnya mengenai konsep dasar masa nifas klik [DISINI]
Daftar Rujukan
Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Daftar Rujukan
Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia
bagus,
ReplyDeletebagus,
ReplyDelete