7/05/2012

Perubahan System Reproduksi Masa Nifas



Perubahan System Reproduksi



A.          Involusi
a.    Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60gram. Proses ini dimulia segera setelah placenta lahir akibat kontaksi otot-otot polos uterus.
b.    Proses involusi uterus
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah kira-kira 2cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16minggu dengan berat 1000 gram.
Setelah janin dikeluarkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat,segera setelah placenta lahir,tinggi fundus uteri kurang lebih dua jari dibawah pusat. Uterus menyerupai satu buah alpukat gepeng berukuran panjang kurang lebih 15cm,lebar kurang lebih 12cm,dan tebal kurang lebih 10cm,dinding uterus sendiri kurang lebiuh 5 cm,sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Pada hari kelima post partum uterus kurang lebih setinggi 7cm diatas simpisis atau setengah simpisis pusat,sesudah 12hari uteruis tidak dapat diraba lagi  di atas simpisis.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum :
Perubahan System Reproduksi Masa Nifas


Involusi uteri
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Diameter Uterus
Palpasi Servik
Plasenta lahir
Setinggi Pusat
1000 gr
12,5 cm
Lembut/Lunak
7 hari (minggu1)
Pertengahan antara pusat dan sympisis
500 gr
7,5 cm
2 cm
14 hari (minggu2)
Tidak teraba
350 gr
5 cm
1 cm
6 minggu
Normal
60 gr
2,5 cm
Menyempit

Peningkatan kadar esterogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormone-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis.
      Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1)    Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot-otot uterin. Enzim proteolitik kan memendekan jaringan otot-otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic renik sebagai bukti kehamilan.
2)    Atrofi jaringan
Jaringan yang berfolirasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar.
Kemudian  mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan placenta,selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus,lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang aka bergenerasi menjadi emdometrium yang baru.                                           
3)    Efek oksitoksi (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkatkan secara bermakna segera setelah bayi lahir,diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar.Hormone oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis.Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplay darah uterus.Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implatansi placenta serta mengurangi perdarahan.Luka bekas perlekatan palcenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

B.          Vagina dan perinium
a.    Vagina
     Pada minggu ketiga,vaginamengecil dan timbul rugae(lipataan-lipatan
     atau kerutan-kerutan)kembali.
b.     Perlukaan vagina
 Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak Sering dijumpai.Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,tetapi Lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,terlebih Apabila kepala janin harus berputar Robekan terdapat pada dinding Lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
c.      Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum pada hamper semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umunya terjadi di garis tangan dan biasa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat,sudut arcuspubis lebih kecil daripaa biasa,kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada suboksipito bregmatica.
Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomy (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dengan baik.

                             d.   Lokia
                Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi            nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

C.       Vagina  dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.











DAFTAR PUSTAKA

Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Jones, Llewellyn. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrat
Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan nifas normal
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum.
Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.



Untuk mengetahui selengkapnya mengenai perubahan fisiologis pada masa nifas klik [DISINI]

No comments:

Post a Comment