7/11/2012

INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)


INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)

A.    Inisiasi Menyusu Dini
1.    Pengertian
INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
IMD
       Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).
       Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2009).
2.    Prinsip Inisiasi Menyusu Dini
       Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruangan bersalin dingin, bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan (JNPK, 2007).
3.    Pentingnya kontak kulit dan menyusu sendiri
a.    Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia).
b.    Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.
c.    Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.
d.    Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
e.    Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.
f.     Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui.
g.    Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
h.    Bayi mendapatkan ASI kolostrum  yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.
i.      Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah.
4.    Persiapan melakukan Inisiasi Menyusu Dini
a.    Pertemuan pimpinan rumah sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi yang direvisi 2006.
b.    Melatih tenaga kesehatan terkait yang dapat menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar.
c.    Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusu dini termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan.
1)    Pertemuan bersama-sama beberapa keluarga membicarakan secara umum.
2)    Pertemuan dengan satu keluarga membicarakan secara khusus.
d.    Di Rumah Sakit Ibu Sayang Bayi, inisiasi menyusu dini termasuk langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui.
5.    Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum
a.    Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
b.    Disarankan untuk tidak mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.
c.    Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok.
d.    Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
e.    Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.
f.     Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
g.    Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
h.    Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar.
i.      Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
j.      Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
6.    Inisiasi Menyusu Dini yang kurang tepat
Menurut Roesli (2008) tatalaksana IMD yang kurang tepat adalah :
a.    Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
b.    Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu diikat.
c.    Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
d.    Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak kulit dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
e.    Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.
f.     Setelah itu, bayi di bawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk di timbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K dan kadang di beri tetes mata.

7.    Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan
       Menurut Ambarwati (2009) Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan antara lain :
a.    Begitu lahir bayi diletakkan di atas perut ibu yang sudah di alasi kain kering.
b.    Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya.
c.    Tali pusat dipotong lalu diikat.
d.    Vernik (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
e.    Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
8.    Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
       Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi, yaitu :
a.    Bayi kedinginan.
       Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.
       Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1º lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1ºC. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2ºC untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal (Roesli, 2008).
b.    Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya.
       Terbentuknya oksitosin akibat sentuhan bayi dan menyusui justru membantu menenangkan ibu setelah melahirkan (Rosita, 2008).
c.    Tenaga kesehatan kurang tersedia.
       Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu (Roesli, 2008).
d.    Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
       Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini (Roesli, 2008).
e.    Ibu harus dijahit.
       Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu (Roesli, 2008).

f.     Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir.
       Menurut American College of Obstetrics and Gyneology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi (Roesli, 2008).
g.    Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur.
       Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai (Roesli, 2008).
h.    Bayi kurang siaga.
       Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding (Roesli, 2008).
i.      Kolostrum dan ASI saja tidak cukup bagi bayi
       Sebagai makanan pertama, kolostrum justru sangan mencukupi. Normal terjadi berat badan bayi sedikit turun setelah dilahirkan (Rosita, 2008).
j.      Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.
       Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Kolostrum merupakan imunisasi pertama yang diterima bayi (Rosita, 2008).
k.    Bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusui.
       Justru cairan ini akan meningkatkan risiko bayi terhadap infeksi, serta dapat mempengaruhi pemberian ASI secara ekslusif (Rosita, 2008).




9.    Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
       Menurut Departemen Kesehatan (2007) kontak kulit dengan kulit mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a.    Keuntungan kontak kulit bayi dengan kulit ibu untuk bayi.
1)    Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.
2)    Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan :
a)    Menstabilkan pernapasan.
b)    Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
c)    Memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik.
d)    Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif.
e)    Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat).
f)     Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.
g)    Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.
h)    Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.
i)      Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir.
j)      Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya.
b.    Keuntungan kontak kulit bayi dengan kulit ibu untuk ibu.
1)    Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
a)    Oksitosin
(1)  Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah.
(2)  Merangsang pengeluaran kolostrum.
(3)  Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi.
(4)  Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat placenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.
b)    Prolaktin
(1)  Meningkatkan produksi ASI.
(2)  Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi oksitosin.
(3)  Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu.
(4)  Menunda ovulasi.
c.    Keuntungan menyusu dini untuk bayi.
Menurut Ambarwati (2009) keuntungan IMD bagi bayi meliputi :
1)    Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2)    Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
3)    Meningkatkan kecerdasan.
4)    Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas.
5)    Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
6)    Mencegah kehilangan panas.
7)    Merangsang kolostrum segera keluar.
d.    Keuntungan menyusu dini untuk ibu.
1)    Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin.
2)    Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.
3)    Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
10.  Peran bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini.
Menurut Inayati (2009) peran bidan dalam IMD meliputi :
a.    Sebelum persalinan (Tahap persiapan dan informasi).
1)    Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penatalaksanaan inisiasi menyusu dini.
2)    Mengkaji kebersihan diri klien. Bila perlu anjurkan klien untuk   membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu.
3)    Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi menyusu dini yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi bayi. Menganjurkan agar klien mendapat dukungan dan pendamping selama proses persalinan dari suami atau keluarga.
4)    Membantu meningkatkan rasa percaya diri klien.
5)    Memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk persalinan.
6)    Memfasilitasi klien mengurangi rasa nyeri persalinan dengan mobilisasi dan relaksasi.
7)    Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk melahirkan.
b.    Proses persalinan (Tahap pelaksanaan)
1)    Membuka baju klien di bagian perut dan dada.
2)    Menyimpan kain pernel yang lembut dan kering diatas perut ibu.
3)    Setelah bayi lahir, simpan bayi di atas perut ibu.
4)    Bayi dikeringkan dari kepala hinga kaki dengan kain lembut dan kering (kecuali kedua lengannya, karena bau ketuban yang menempel pada lengan bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu) sambil melakukan penilaian awal Bayi Baru Lahir (BBL).
5)    Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan tali pusat.
6)    Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dada ibu tanpa dibatasi alas.
7)    Selimuti ibu dan bayi, kalau perlu pakaikan topi di kepala bayi.
8)    Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung bayi.
9)    Menganjurkan pada suami atau keluarga untuk mendampingi ibu dan bayi.
10) Memberikan dukungan secara sabar dan tidak tergesa-gesa.
11) Membantu menunjukkan pada ibu perilaku pre-feeding (Pre-feeding behavior) yang positif : istirahat dalam keadaan siaga, memasukan tangan ke mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak kearah payudara dengan kaki menekan perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu, menghentakkan kepala, menoleh ke kanan dan ke kiri, menyentuh puting susu dengan tangannya, menemukan puting susu, menghisap dan mulai minum ASI.
12) Membiarkan bayi menyusu awal sampai si bayi selesai menyusu pada ibunya dan selama ibu menginginkannya.
13) Bidan melanjutkan asuhan persalinan.





Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta : JNPKKR-JHPIEGO.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta : Diva Press.
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda



No comments:

Post a Comment