7/12/2012

Tindakan Episiotomi

                                                        Episiotomi              

a.    Pengertian
       Merupakan istilah untuk suatu insisi perineum (Obstetri Williams, 2005).

b.    Prinsip tindakan episiotomi
       Pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut (Sumarah, 2008).

c.    Indikasi episiotomi
       Menurut Manuaba (2007) khusus pada primigravida, laserasi jalan lahir terutama perineum sulit dihindari sehingga sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan episiotomi. Disamping itu, episiotomi dipertimbangkan pada multigravida dengan introitus vagina sempit atau pada wanita dengan perineum yang kaku. Selain itu menurut Sumarah (2008) indikasi episiotomi dilakukan pada:
1)    Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin maka persalinan harus segera diakhiri
2)    Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi bokong, distosia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum.
3)    Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4)    Perineum kaku dan pendek
5)    Adanya ruptur yang membakat pada perineum
6)    Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin

d.    Tujuan episiotomi menurut Sumarah (2008) adalah :
1)    Meluaskan jalan lahir sehingga mempercepat persalinan
2)    Menghindari kemungkinan sistokele/rektokele dan inkontinensia
3)    Memudahkan untuk menjahit kembali
4)    Bila robekan perineal iminen, sehingga dapat mencegah kerusakan yang tidak terkendali.
5)    Untuk mengurangi tekanan pada kepala janin prematur yang masih lunak.
6)    Untuk melancarkan pelahiran jika kelahiran tertunda oleh perineum yang kaku.
7)    Untuk memberikan ruangan yang adekuat untuk pelahiran dengan bantuan.

e.    Tingkat episotomi menurut Manuaba (2007)
Tingkat episiotomy
Jaringan terkena
Keterangan
Pertama
·         Fourchette
·         Kulit perineum
·         Mukosa vagina
·         Mungkin tidak perlu dijahit
·         Menutup sendiri
Kedua
·         Fascia + muskulus badan perineum
·         Perlu dijahit
Ketiga
·         Ditambah dengan sfincter ani
·         Harus dijahit legeartis sehingga tidak menimbulkan inkontinensia
Keempat
·         Ditambah dengan mukosa rektum
·         Teknik menjahit khusus sehingga tidak menimbulkan fistula
                  
Tindakan Episiotomi
                                                          
f.     Waktu
Saat yang dianggap tepat melakukan episiotomi menurut Manuaba (2007) adalah :
1)    Saat kepala crowning sekitar 4-5 cm
2)    Saat his dan mengejan sehingga rasa sakit tertutupi
3)    Saat perineum telah menipis, sehingga mengurangi perdarahan

g.    Bentuk episiotomi
Bentuk episiotomi yang lazim dilakukan menurut Sumarah (2008) adalah :
1)    Episiotomi mediana
2)    Episiotomi lateralis
3)    Episiotomi mediolateralis

h.    Cara melakukan episiotomi menurut Sarwono (2006) :
1)    Persiapan
2)    Prosedur utama (persalinan)
3)    Aseptik/antiseptic
4)    Episiotomi
5)    Anastesi lokal
a)    Jelaskan pada ibu tentang apa yang dilakukan dan agar ibu merasa tenang.
b)    Pasanglah jarum no. 22 pada spuit 10 ml, kemudian isi spuit dengan bahan anastesi (lidokain HCl 1 % atau Xilokain 10mg/ml).
c)    Letakkan 2 jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala dan perineum. Masuknya bahan anastesi (secara tidak sengaja) dalam sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat yang fatal, oleh sebab itu gunakan jari – jari penolong sebagai pelindung kepala bayi.
d)    Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette) yaitu bagian sudut bawah vulva.
e)    Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri (atau kanan) garis tengah perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki pembuluh darah (terlihat cairan dalam spuit).
f)     Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5-10 ml lidokain 1 %.
g)    Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi dilakukan.
Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi episiotomi diantara his sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.
Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu masih merasakan nyeri, tambahkan 10 ml Lidokain 1 % pada daerah nyeri.
Penyuntikan sampai menarik mundur, bertujuan untuk mencegah akumulasi bahan anastesi hanya pada satu tempat dan mengurangi kemungkinan penyuntikan kedalam pembuluh darah.
6)    Tindakan episiotomi
a)    Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.
b)    Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan rencana sayatan.
c)    Tunggu fase acme (puncak his) kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka antara jari telunjuk dan tengah.
d)    Gunting perineum, dimulai dari fourchat (komissura posterior) 45 derajat ke lateral (kiri atau kanan).
7)    Lanjutkan pimpin persalinan.
8)    Melahirkan Bayi
9)    Melahirkan Plasenta
10) Menjahit luka episiotomi
a)    Atur posisi ibu dan menjadi posisi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada aderah yang benar.
b)    Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan daerah vulva dan perineum.
c)    Kenakan sarung tangan yang bersih/DTT. Bila perlu pasanglah tampon atu kasa ke dalam vagina untuk mencegah darah mengalir ke daerah yang akan dijahit.
d)    Letakkan handuk untuk kain bersih di bawah bokong ibu.
e)    Uji efektifitas anastesi local yang diberikan sebelum episiotomi masih bekerja (sentuhkan ujung jarum pada kulit tepi luka). Jika terasa sakit, tambahkan anastesi local sebelum penjahitan dilakukan.
f)     Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman dari cemaran.
g)    Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.
h)    Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahit jelujur dengan jerat ke bawah sampai lingkaran sisa hymen
i)      Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan hymen dan keluarkan pada sisi dalam luka perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum dengan batas atas irisan episiotomy.
j)      Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada kedua sisi memiliki ukuran yang sama dan lapisan otot tertutup dengan baik)
k)    Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler.
l)      Bila telah mencapai lingkaran hymen, tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi yang berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.
m)  Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali jarum pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan ke sisi berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan.
n)    Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul kunci
o)    Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan)
p)    Tutup jahitan luka episiotomy dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik

No comments:

Post a Comment