Episiotomi
a. Pengertian
Merupakan istilah untuk suatu insisi
perineum (Obstetri Williams, 2005).
b. Prinsip tindakan episiotomi
Pencegahan kerusakan yang lebih hebat
pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau
elastisitas jaringan tersebut (Sumarah, 2008).
c. Indikasi episiotomi
Menurut Manuaba (2007) khusus pada
primigravida, laserasi jalan lahir terutama perineum sulit dihindari sehingga
sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan
episiotomi. Disamping itu, episiotomi dipertimbangkan pada multigravida dengan
introitus vagina sempit atau pada wanita dengan perineum yang kaku. Selain itu
menurut Sumarah (2008) indikasi episiotomi dilakukan pada:
1) Gawat
janin, untuk menolong keselamatan janin maka persalinan harus segera diakhiri
2) Persalinan
pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi bokong, distosia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum.
3) Jaringan
parut pada perineum ataupun pada vagina
4) Perineum
kaku dan pendek
5) Adanya
ruptur yang membakat pada perineum
6) Prematur
untuk mengurangi tekanan pada kepala janin
d. Tujuan episiotomi menurut
Sumarah (2008) adalah :
1) Meluaskan
jalan lahir sehingga mempercepat persalinan
2) Menghindari
kemungkinan sistokele/rektokele dan inkontinensia
3) Memudahkan
untuk menjahit kembali
4) Bila
robekan perineal iminen, sehingga dapat mencegah kerusakan yang tidak
terkendali.
5) Untuk
mengurangi tekanan pada kepala janin prematur yang masih lunak.
6) Untuk
melancarkan pelahiran jika kelahiran tertunda oleh perineum yang kaku.
7) Untuk
memberikan ruangan yang adekuat untuk pelahiran dengan bantuan.
e. Tingkat episotomi menurut
Manuaba (2007)
Tingkat episiotomy
|
Jaringan terkena
|
Keterangan
|
Pertama
|
·
Fourchette
·
Kulit perineum
·
Mukosa vagina
|
·
Mungkin tidak perlu
dijahit
·
Menutup sendiri
|
Kedua
|
·
Fascia + muskulus badan
perineum
|
·
Perlu dijahit
|
Ketiga
|
·
Ditambah dengan sfincter
ani
|
·
Harus dijahit legeartis
sehingga tidak menimbulkan inkontinensia
|
Keempat
|
·
Ditambah dengan mukosa
rektum
|
·
Teknik menjahit khusus
sehingga tidak menimbulkan fistula
|
f. Waktu
Saat
yang dianggap tepat melakukan episiotomi menurut Manuaba (2007) adalah :
1) Saat
kepala crowning sekitar 4-5 cm
2) Saat
his dan mengejan sehingga rasa sakit tertutupi
3) Saat
perineum telah menipis, sehingga mengurangi perdarahan
g. Bentuk episiotomi
Bentuk
episiotomi yang lazim dilakukan menurut Sumarah (2008) adalah :
1) Episiotomi
mediana
2) Episiotomi
lateralis
3) Episiotomi
mediolateralis
h. Cara melakukan episiotomi
menurut Sarwono (2006) :
1) Persiapan
2) Prosedur
utama (persalinan)
3) Aseptik/antiseptic
4) Episiotomi
5) Anastesi
lokal
a) Jelaskan
pada ibu tentang apa yang dilakukan dan agar ibu merasa tenang.
b) Pasanglah
jarum no. 22 pada spuit 10 ml, kemudian isi spuit dengan bahan anastesi
(lidokain HCl 1 % atau Xilokain 10mg/ml).
c) Letakkan
2 jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala dan perineum. Masuknya bahan
anastesi (secara tidak sengaja) dalam sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat
yang fatal, oleh sebab itu gunakan jari – jari penolong sebagai pelindung
kepala bayi.
d) Tusukkan
jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette)
yaitu bagian sudut bawah vulva.
e) Arahkan
jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri (atau kanan) garis tengah
perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki
pembuluh darah (terlihat cairan dalam spuit).
f) Sambil
menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5-10 ml lidokain 1 %.
g) Tunggu
1-2 menit agar efek anastesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi dilakukan.
Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi
episiotomi diantara his sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.
Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan
perineum, ibu masih merasakan nyeri, tambahkan 10 ml Lidokain 1 % pada daerah
nyeri.
Penyuntikan sampai menarik mundur, bertujuan untuk
mencegah akumulasi bahan anastesi hanya pada satu tempat dan mengurangi
kemungkinan penyuntikan kedalam pembuluh darah.
6) Tindakan
episiotomi
a) Pegang
gunting yang tajam dengan satu tangan.
b) Letakkan
jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan
rencana sayatan.
c) Tunggu
fase acme (puncak his) kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka antara
jari telunjuk dan tengah.
d) Gunting
perineum, dimulai dari fourchat (komissura posterior) 45 derajat ke lateral
(kiri atau kanan).
7) Lanjutkan
pimpin persalinan.
8) Melahirkan
Bayi
9) Melahirkan
Plasenta
10) Menjahit
luka episiotomi
a)
Atur posisi ibu dan menjadi
posisi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada aderah yang benar.
b)
Keluarkan sisa darah dari
dalam lumen vagina, bersihkan daerah vulva dan perineum.
c)
Kenakan sarung tangan yang
bersih/DTT. Bila perlu pasanglah tampon atu kasa ke dalam vagina untuk mencegah
darah mengalir ke daerah yang akan dijahit.
d)
Letakkan handuk untuk kain
bersih di bawah bokong ibu.
e)
Uji efektifitas anastesi
local yang diberikan sebelum episiotomi masih bekerja (sentuhkan ujung jarum
pada kulit tepi luka). Jika terasa sakit, tambahkan anastesi local sebelum
penjahitan dilakukan.
f)
Atur posisi penolong
sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman dari cemaran.
g)
Telusuri daerah luka
menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas luka. Lakukan jahitan
pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina. Ikat dan potong
salah satu ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.
h)
Jahitlah mukosa vagina
dengan menggunakan jahit jelujur dengan jerat ke bawah sampai lingkaran sisa
hymen
i)
Kemudian tusukkan jarum
menembus mukosa vagina di depan hymen dan keluarkan pada sisi dalam luka
perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum dengan batas atas
irisan episiotomy.
j)
Lanjutkan jahitan jelujur
dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke ujung luar luka (pastikan
setiap jahitan pada kedua sisi memiliki ukuran yang sama dan lapisan otot
tertutup dengan baik)
k)
Setelah mencapai ujung luka,
balikkan arah jarum ke lumen vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum
dengan jahitan subkutikuler.
l)
Bila telah mencapai
lingkaran hymen, tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi yang
berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.
m)
Tahan benang (sepanjang
2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali jarum pada mukosa vagina dengan
jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan ke sisi berlawanan hingga
menembus mukosa pada sisi berlawanan.
n)
Ikat benang yang dikeluarkan
dengan benang pada klem dengan simpul kunci
o)
Lakukan kontrol jahitan
dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan)
p)
Tutup jahitan luka
episiotomy dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik
No comments:
Post a Comment