7/19/2012

BENDUNGAN AIR SUSU


BENDUNGAN AIR SUSU

A.    Pengertian
1.      Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2002)
2.      Bendungan air susu ibu adalah suatu kondisi yang terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda asi mulai diproduksi (Danuatmaja, 2003).
3.      Bendungan air susu ibu adalah di sebabkan karena pengeluaran air susu ibu tidak lancar karena ibu tidak cukup menyusui/terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan karena adanya gangguan let-down reflex (Wiknjosastro, 2002).

B.     Etiologi
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Wanita kadang- kadang menjadi demam(Sarwono, 2002).
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau “caked breast” , sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.
Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lacteal oleh air susu.
Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Demam tersebut mengkawatirkan terutama bila kemungkinan infeksi tidak dapat disingkirkan pada wanita yanga baru saja menjalani seksio sesarea. Roser (1966) mengamati bahwa 18% wanita yang normal akan mengalami demam postpartum akibat pembendungan air susu. Lamnya panas yang terjadi berkisar dari 37,8 hingga 39 C. pada kedua penelitian tersebut, insiden dan intensitas pembendungan air susu serta panas yang menyertainya lebih rendah bila diberikan pengobatan untuk menekan laktasi. Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain, khususnya panas yang disebabkan oleh infeksi, harus disingkirkan dahulu(Suherni, 2009).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
Ø  Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
Ø  Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
Ø  Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.


Ø  Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
Ø  Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

C.    Patofisiologi
Apabila terjadi penghisapan payudara oleh bayi, pelepasan prolaktin tidak terjadi dan pada hari ketiga dan keempat setelah melahirkan, bendungan pembuluh darah akan membesar pembuluh laktiferus dan air susu ibu harusbdiperas dengan hati-hati. Jika payudara tidak dikosongkan, maka alveoli akan mengalami kongestiti (bendungan dan terjadi pembengkakan karena air susu (Suherni, 2009)
D.    Gambaran klinis bendungan ASI
Gejala yang sering timbul pada bendungan air susu ibu antara lain:
1.      Nyeri payudara dan tegang, kadang payudara mengeras dan membesar (pada kedua payudara) besarnya terjadi antara hari 3-5 pasca persalinan
2.      Biasanya bilateral muncul bertahap menyebabkan demam dan tidak berhubungan dengan gejala sistemik. Payudara biasanya hangat saat disentuh
3.      Payudara terasa lebih penuh atau tegang dan terjadi sekitar hari ke- 3 atau ke- 4 setelah melahirkan. (Depkes RI, 2005)

Penatalaksanaan Bendungan ASI
v  Bila ibu menyusui
§  Susukan sesering mungkin
§  Susukan kedua payudara
§  Kompres kedua payudara sebelum disusukan
§  Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
§  Sangga payudara
§  Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
§  Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
v  Bila tidak menyusui
§  Menyangga payudara dengan BH yang menyokong
§  Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
§  Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
§  Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara(Sarwono, 2002).


 DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya. Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.






No comments:

Post a Comment