Cara menyusui yang benar :
posisi, upaya memperbanyak dan tanda bayi cukup ASI
Salut untuk para bunda yang sudah mau berjuang untuk tetap memberikan ASI
Eksklusif pada putra putrinya. Alangkah baiknya setelah membaca ini membaca
artikel Manfaat ASI dan anatomi dan fisiologis payudara karena
semakin paham tentang proses menyusui dan memotivasi untuk paham akan
pentingnya ASI Eksklusif.
a.
Cara
menyusui yang benar
Adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan
Hesti, 2004)
Memberi
ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat kondisi ibu senyaman
mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 -3
jam sekali. Menjelang akhir minggu ke enam, sebagian besar kebutuhan bayi akan
ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10-12
bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak
perlu lagi memberi makan di malam hari (Saryono, 2008; h. 30)
b.
Posisi
menyusui
1) Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan
para ibu, posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak
perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan,
sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian
sisinya (Saryono ,2008; h. 34).
2) Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari
pembedahan caesar, memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau
bayi yang kecil ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan.
Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang
badan ibu (Saryono, 2008; h; 35).
3) Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika
baru pulih dari pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa
dicoba pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong
bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008; h. 35).
c. Fungsi menyusui yang benar
1. Puting susu tidak lecet
2. Perlekatan menyusu pada bayi kuat
3. Bayi menjadi tenang
4. Tidak terjadi gumoh
d. Akibat tidak menyusui
dengan benar
1.
Puting susu menjadi lecet
2. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
3. Bayi enggan menyusu
4. Bayi menjadi kembung
2. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
3. Bayi enggan menyusu
4. Bayi menjadi kembung
e. Tanda bayi menyusu dengan benar
1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih banyak
6. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7. Puting susu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala bayi agak menengadah
f. Tanda bayi mendapat
ASI dalam jumlah cukup
1. Bayi
akan terlihat puas setelah menyusu
2. Bayi
terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
3. pertama
(100-200 gr setiap minggu)
4. Puting
dan payudara tidak luka atau nyeri
5. Setelah
beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air
besar berwarna kuning 2 kali sehari
6. Apabila
selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan
dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.
g.
Langkah-langkah
menyusui yang benar
1.
Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes
2.
Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu
3. Ibu
duduk atau
berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi).
4. Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian
bagian atas
5. Sebelum
menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar
areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu).
6. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu
lengan, kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada
lengan bawah ibu
7.
Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut
ibu dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di
depan, kepala bayi menghadap payudara
8. Mengajari ibu
untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
9. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu
jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting
susu dan areolanya
10. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi :
Menyentuh pipi dengan puting susu atau
menyentuh sudut mulut bayi
Cara yang benar |
Cara yang salah |
11. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala
bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar
areola ke mulut bayi)
12. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk
tidak memegang atau menyangga payudara lagi
13. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
14.
Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari
kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi
ditekan ke bawah.
15. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk
mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya
cara menyusui yang benar |
16. Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi :
§ Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak
bersendawa tunggu 10 – 15 menit) ATAU Bayi ditengkurapkan dipangkuan
Cara menyendawakan bayi |
h.
Upaya memperbanyak ASI
1) Untuk Bayi
a. Menyusui bayi
setiap 2 jam siang dan malam dengan lama menyusui antra 10-15 menit disetiap
payudara
b. Bangunkan bayi,
lepas baju bayi yang menyebabkan rasa gerah
c. Pastikan bayi
menyusui dengan posisi menempel yang baik dan mendengarkan suara menelan yang
aktif.
d. Susui bayi ditempat
yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui.
2) Untuk Ibu
a.Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
b.Makan makanan yang bergizi
c.Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya
dan mengoreksi setiap kali
terdapat masalah pada posisi penempelan.
d.Susukan bayinya sesering mungkin (Anggraini, 2010; h. 22).
thanks buat informasinya :)
ReplyDelete