BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi
merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya. Hasil
belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk
tes uraian maupun tes objektif,
Kegiatan
mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang
dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana.
Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil
belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam
proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya
dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan.
Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan
evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.
Teknik
non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis,
menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono,2009).
Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk
mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan
untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan tentang resume pengertian,
bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa contoh dalam pelaksanaan teknik non tes.
Teknik
non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diperlukan juga banyak dan juga
persiapan yang lebih daripada evaluasi menggunakan tes. Namun kepentingan yang
ada membuta teknik evaluasi non tes ini juga penting
B. Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian teknik evaluasi non tes.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi non tes.
C. Manfaat Makalah
1.
Untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian teknik evaluasi
non tes.
2.
Untuk memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis evaluasi non tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teknik
penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat
kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes.
Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji
peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang
berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat
dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau
dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan
yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak
dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)
B.
Jenis-jenis teknik non
tes
Tehnik penilaian ini
umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi:
1.
Pengamatan (observation)
Menurut
Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan.
a.
Tujuan utama observasi antara lain :
1) Mengumpulkan data dan
inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan,
baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
2) Mengukur perilaku kelas
(baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan
guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial
(social skill)
3) Menilai tingkah laku
individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang
sengaja dibuat.
Dalam
evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil
belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan
tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai
penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan
sosial sesama peserta didik, hubungan
guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya
b.
Karakteristik Observasi
1)
Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2)
Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif,
dan rasional.
3)
Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4)
Praktis penggunaannya.
c.
Pembagian Observasi
Jika
kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1)
Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer
telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor
yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah
ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2)
Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai
obeserver tidak dibatasi oleh suatu
kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan
observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari
teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1) Observasi langsung, observasi yang dilakukan
secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang
dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3)
Observasi partisipasi, yaitu observasi
yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi
objek yang diteliti.
d.
kelebihan Dan Kekurangan Observasi
Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara
lain:
Kelebihan
1) Observasi merupakan alat
untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2) Observasi cocok untuk
mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu
kegiatan.
3) Banyak hal yang tidak
dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4) Tidak terikat dengan
laporan pribadi.
Kekurangan
1)
Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca,
bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu
sendiri.
2)
Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3)
Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi
jenuh.
e.
Pedoman penyusunan observasi
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut
Arifin (2009) adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan
proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam
pembelajaran
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat
kelemahan-kelemahan pedoman observasi
6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Berikut
ini contoh format observasi
Nama Sekolah :
………………
Mata Pelajaran :
………………
Bahan Kajian :
………………
Nama
Guru : …………..
Hari/tanggal : ……………
Pukul : …………………
A.
Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukut
kemampuan guru mengelola pembelajaran askeb I (kehamilan) di kelas dengan model
konstad
B.
Petunjuk
1)
Objek penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di
kelas
2)
Bapak/ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara member tanda cek
(√) pada lajur yang tersedia
3)
Makna angka penilaian adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3
(cukup baik); 4 (baik)
No
|
Aspek yang diamati/penilaian
|
Skala Penilaian
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
I.
|
Fase Persiapan Mental
|
||||
a. Menyampaikan secara lisan hasil
belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu member
penjelasan
|
|||||
b. Memotivasi mahasiswa dengan cara
member informasi tentang pentingnya mengenal manfaat bahan kajian untuk
memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya maupun kehidupan sehari-hari
|
|||||
c. Memberitahukan beberapa pokok materi
yang perlu dipahami mahasiswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktifkan dan
bagaimana mahasiswa dapat menggunakan pemahaman itu untuk mencapai hasil belajar
|
|||||
II.
|
Fase Advance Organizer
|
||||
a. Mengaktifkan pengetahuan prasyarat
mahasiswa dengan cara :
|
|||||
1. Mempersilahkan mahasiswa membaca
bagian tertentu buku mahasiswa
|
|||||
2. Melakukan komunikasi interaktif dengan
mahasiswa. Materi inti dalam komunikasi interaktif ini termuat dalam lembar
Advance Organizer (LAO)
|
|||||
b. Mengaktifkan pola berpikir mahasiswa
agar lebih terfokus pada bagaimana mengonstruksikan pengetahuan baru.
|
|||||
III.
|
Fase Konstruksi Pengetahuan Baru
|
||||
a. Penyampaian masalah dalam wujud tertulis
kepada mahasiswa dengan cara :
|
|||||
1. Menyerahkan LKS dan memberi penjelasan
tentang bekerja dengan LKS tersebut
|
|||||
2. Mempersilahkan mahasiswa membuka buku
mahasiswa pada bagian tertentu
|
|||||
b. Memberi kesempatan pada mahasiswa
utnuk menyelidiki masalah dengan cara mempersilahkan mahasiswa membaca LKS
yang sudah diberikan. Dosen memantau mahasiswa yang sedang menyelidiki
masalah
|
|||||
c. Memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk memecahkan masalah dengan mengisi LKS, selanjutnya dosen berkeliling
kelas memantau aktifitas mahasiswa dan jika perlu member masukan kepada
mahasiswa secara individu. Dalam hal ini dosen tidak memberikan jawaban
kepada mahasiswa tetapi dosen mengiuti jawaban mahasiswa.
|
|||||
d. Dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk melakukan klarifikasi ide dengan cara:
|
|||||
1. Mempersilahkan mahasiswa duduk dengan
formasi kelompok
|
|||||
2. Mempersilahkan mahasiswa berdisukusi
dalan kelompoknya tentang hasil yang dicapai dalam mengisi LKS. Mengikuti
diskusi mahasiswa dan member masukan berdasarkan jawaban mahasiswa
|
|||||
3. Mempersilahkan wakil dua kelompok yang
dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil disukusi
|
|||||
IV
|
Fase Penguatan
Kognitif Baru
|
||||
Menguji gagasan baru yang dikonstruksikan mahasiswa dengan cara :
|
|||||
a. Memersilahkan mahasiswa mengerjakan
soal tantangan yang sudah ditentukan dalam RP dan memantau pekerjaan
mahasiswa
|
|||||
b. Membahas bersama mahasiswa soal yang
tidak dapat dipecahkan oleh kebayakan mahasiswa
|
|||||
c. Melakukan penarikan kesimpulan
menyeluruh tentang pelajaran pada tatap muka ini
|
|||||
V
|
Pengelolaan Waktu
|
||||
VI
|
Pengamatan suasana
kelas :
|
||||
a. Siswa antusias
|
|||||
b. Guru antusias
|
|||||
……………….,…………………………
Pengamat/ Penilai
…………………………………..
|
2.
Wawancara (interview)
a.
Pengertian
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah
ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung
antara yang mewancarai dan yang diwancarai.
Dari
pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi
tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung
maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
b.
Pembagian wawancara
Ada dua jenis wawancara
yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1)
Wawancara terpimpin (guided interview)
Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur
(structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana
wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan
wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
2)
Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga
dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara
tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana
responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi
oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas,
pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta
didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan
bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik
kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan
kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat
bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil
wawancara itu dicatat seketika.
c.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam
melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain ;
evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa
yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak
hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu
evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang
kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur
subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah
dilaksanakan.
d.
Tujuan wawancara
Menurut
Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1)
Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau
situasi dan kondisi tertentu.
2)
Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3)
Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
e.
Kelebihan Dan Kekurangan
Berbeda
dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ;
1)
dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi
yang dihadapi pada saat itu
2)
mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau
perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
3)
Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat
memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan
dengan baik pula
4)
Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang
telah ditetapkan
5)
Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan
mendetail.
Namun, wawancara juga memiliki
kelemahan antara lain :
1)
memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
2)
dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan
kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara
sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.
Contoh pertanyaan-pertanyaan
yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan :
1) Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami
petunjtuk baik arahan dari dosen atau petunjuk dari dalam LKS?
…………………………………………………………………………….
2) Pada saat mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya
kepada teman lain atau kepada dosen?
……………………………………………………………………………
3) Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan
mahasiswa agar dapat memahami materi pelajaran?
……………………………………………………………………………
4) Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau
referensi yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas?
……………………………………………………………………………
5) Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas
dari dosen?
……………………………………………………………………………
6) Apakah materi pelajaran dirasakan mahasiswa
tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak?
……………………………………………………………………………
7) Apakah
mahasiswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain?
……………………………………………………………………………
8) Apakah menurut mahasiswa lingkunga di sekolah
(di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar?
……………………………………………………………………………
9) Apakah orang tua mahasiswa di rumah menyuruh
untuk belajar?
……………………………………………………………………………
10) Apakah mahasiswa mempunyai keinginan untuk
keluar dari kesulitan yang dihadapinya?
……………………………………………………………………………
3.
Kuesioner
a.
Pengertian
Pada
dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner
dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar
belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku
dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu,
2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain
itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan
dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran.
Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain
sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada
ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala
sikap.
b.
Tujuan kuesioner/ angket
Adapun
beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1)
Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran
matematika.
2)
Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3)
Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4)
Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5)
Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.
c.
Jenis kuesioner
Jenis-jenis kuesioner
(menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
1.
Kuesioner dari segi isi
dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
1)
Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta
antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2)
Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku
seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3)
Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin
mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4)
Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan
dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan objek yang dinilai.
2.
Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :
1)
Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan
terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah
disediakan.
2)
Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan
pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka
menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
3)
Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua
bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping
disediakan alternative, diberi juga
kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya
sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang
bersangkutan.
3.
Kuesioner
dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :
1) Kuesioner langsung,
yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta
keterangannya.
2) Kuesioner tidak
langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta
keterangannya).
d.
Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa hal yang
menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu:
1)
Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang
hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2)
Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3)
Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan
angket, antara lain:
1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas,
sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali
2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh
semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang
diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
4.
Riwayat Hidup
Ini
adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang
sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek
evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan
sikap dari objek yang dinilai.
Evaluasi
cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya
dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen
yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan
kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak
didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi
tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik,
dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan
rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).
Beberapa
informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan
tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap
bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta
5. Studi kasus
a.
Pengertian
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam
proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah :
2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin,
sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga
percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
1)
Mengapa kasus tersebut
bisa terjadi?
2)
Apa yang dilakukan
oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3)
Bagaimana pengaruh
tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi,
bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data
yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan
diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan
studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat
yang digunakan adalah
depth-interview , yaitu melakukan
wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang
kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan
kesehatan, dan sebagainya.
b.
Kelebihan dan
kekurangan
Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi
kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat
mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya
dapat diketahui selengkap-lengkapnya.
Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam
dunia pendidikan kita tidak hanya semata
dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument tes
dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes juga menempati
kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi
yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya
terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan
sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes
sebagai alat pengikutnya.Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan
(observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary
B. Saran
Diharapkan para pendidik
dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga sangat penting disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap, afektif dan psikomotorik
dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas
kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
2006. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi
Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,
Bandung: PT.
Remaja
Rosdakarya.
Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan.
Padang : Non-Publikasi.
Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT.
Rineka Cipta,
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo
Press, 2006).
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1 Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1 Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Makasih ya sob udah share ..............
ReplyDeletebisnistiket.co.id
Thanks infonya gan...
ReplyDelete