Bentuk bentuk diskriminasi gender
1. Marginalisasi
Proses peminggiran atau
penyisihan yang mengakibatkan dalam keterpurukan. Hal ini banyak terjadi dalam
msyarakat di Negara berkembang seperti penggusuran dari kamoung halaman,
eksploitasi. Namun, pemiskinan atas prempuan maupun laki-laki yang disebabkan
jenis kelamin merupakan salah satu bentuk ketidak adilan yang disebabkan
gender. Sebagai contoh, banyak pekerja prempuan tersingkir dan menjadi miskin
akibat dari progam permbangunan seperti intersifikasi pertanian yang hanya
menfokuskan petani laki-laki. Prempuan dipinggirkan dari berbagai jenis
kegiatan pertanian dan industry yang lebih memerlukan ketrampilan yang biasanya
lebih banyak dimiliki laki-laki. Selain itu perkembangan teknologi telah
menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh prempuan diambil alih
oleh mesin yang umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki.
Contoh lain
marginalisasi:
a. Design teknologi terbaru diciptakan untuk laki
laki, dengan postur tun
b. Mesin mesin digerakkan membutuhkan
tenaga laki laki
c. Bay sister adalah perempuan
d. Perusahaan garmen banyak membutuhkan perempuan
e. Direktur banyak oleh laki laki.
2. Sub ordinasi
Sub ordinasi pada
dasaranya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting
atau lebih utama disbanding jenis kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu ada
pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran prempuan lebih rendah dari
laki-laki. Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran ajaran agama mupun dalam aturan
birokrasi yang meletakkan kaum prempuan sebagai subordinasi dari kaum
laki-laki. Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masayarkat yang
membatasi ruang gerak terutama prempuan dalam kehidupan.
Contoh sub ordinasi :
a. Persyaratan melanjutkan studi untuk istri hatus
ada ijin suami
b. Dalam kepanitiaan perempuan paling tinggi pada
jabatan sekretaris.
3. Pandangan stereotip
Adalah penandaan atau
cap yang sering bermakna negative. Pelabelan negative secara umum selalu
melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotype yang berkembang berdasarkan
pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin prempuan,
misalnya
a. Pekerjaan dirumah seperti mencucui, memasak,
membersihkan rumah diidentikkan dengan pekerjaan perempuan atau ibu rumah
tangga
b. Laki laki sebagai pencari nafkah yang utama,
harus diperlakukan dengan istimewa di dalam rumah tangga, misalnya yang
berkaitan dengan makan.
Hal ini tidak hanya
terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan
masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah dan Negara. Apabila seorang laki-laki
marah, ia dianggap tegas, tetapi bila prempuan marah atau tersinggng dianggap
emosional dan tidak dfapat menahan diri. Standar nilai terhadap perilaku
prempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai tersebut banyak menghakimi
dan merugikan prempuan. Label kaum prempuan sebagai “ibu rumah tangga”
merugilkan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-laki” seperti berpolitik,
bisnis atau birokrat. Smentra label laki-laki sebagai pencari nafkah utama,
(breadwinner) ,mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh prempuan dianggap
sebagai Sambilan atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan.
4. Kekerasan
Berbagai
bentuk tindak kekerasan terhadap prempuan sebagai akibat perbedaan muncul dalam
berbagai bentuk. Kata kekerasan merupakan terjemahan dari violence artinya
suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Oleh
karena itu kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti
perkosaa, pemukulan dan penyiksaan tetapi bersifat non fisik seperti pelecehan
seksual sehingga secara emosional terusik.
Adapun contoh-contoh tindak kekerasan yaitu :
a. Suami memperketat istri dalam urusan ekonomi keluarga
b. Suami melarang istri bersosialisasi di
masyarakat
c. Istri mencela pendapat suami di depan umum
d. Istri merendahkan martabat suami di hadapan
masyarakat
e. Suami membakat/ memukul istri.
Dan lain-lain.
Pelaku kekerasan bermacam-macam, ada yang bersifat individu, baik
di dalam rumah tangga sendiri maupun di tempat umum, ada juga di dalam
masayarakat itu sendiri. Pelaku bisa saja suami/ayah, keponakan, sepupu, paman,
mertua, anak laki-laki, tetangga, majikan
5. Beban kerja
Beban kerja yang
dilakukan oleh jenis kelamin terlalu lebih banyak. Bagi perempuan di rumah
mempunyai beban kerja lebih besar dari pada laki laki, 90% pekerjaan
domestic/rumah tangga dilakukan oleh perempuan belum lagi jika dijumlahkan
dengan bekerja di luar rumah
Dalam proses
pembangunan, kenyataannya prempuan sebagai sumber daya insane masih mendapat
pembedaan perlakuan terutama bila bergerak dalam bidang public. Dirasakan banyak
ketimpangan, meskipun ada juga ketimpangan yang dialami kaum laki-laki di satu
sisi.
Thanks :)
ReplyDelete