ALAT
KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
Profil
·
Sangat efektif,
revesibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun : CuT-380A ).
·
Haid menjadi lebih lama
dan banyak.
·
Pemasangan dan
pencabutan memerlukan pelatihan.
·
Dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduksi
·
Tidak boleh dipakai oleh
perempuan yang terpapar pada infeksi menular seksual (IMS).
Jenis
·
AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang
fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus terbuat dari tembaga
(Cu). Tersedia di indonesia dan dimana-mana.
·
AKDR lain yang beredar
di indonesia ialah NOVA T ( Schering).
·
Selanjutnya yang akan
dibahas adalah CuT-380A.
Cara
Kerja
·
Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
fallopi.
·
Mempengaruhi fertilitas
sebelum ovum mencapai kavum uteri.
·
AKDR bekerja terutama
mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilitas.
·
Memungkinkan untuk
mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan
·
Sebagai kontrasepsi,
efektifitasnya tinggi
Sangat efektif--- 0,6 – 0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan).
·
AKDR dapat efektif
segera setelah pemasangan
·
Metode jangka panjang (
10 tahun proteksi dari CuT -380A dan tidak perlu diganti).
·
Sangat efektif karena
tidak perlu lagi mengingat-ingat
·
Tidak mempengaruhi
hubungan seksual
·
Meningkatkan kenyamanan
seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
·
Tidak ada efek samping
hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
·
Tidak mempengaruhi
kualitas dan volume ASI
·
Dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
·
Dapat digunakan sampai
menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir )
·
Tidak ada interaksi
dengan obat-obat
·
Membantu mencegah
kehamilan ektopik
Kerugian
·
Efek samping yang umum
terjadi :
-
Perubahan siklus haid (
umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan )
-
Haid lebih lama dan
banyak
-
Perdarahan (spotting)
antarmenstruasi
-
Saat haid lebih sakit
·
Komplikasi lain :
-
Merasakan sakit dan
kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
-
Perdarahan berat pada
waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
-
Perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar )
·
Tidak mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS
·
Tidak baik digunakan
pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
·
Penyakit Radang Panggul
terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas
·
Prosedur medis,
termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan
takut selama pemasangan
·
Sedikit nyeridan
perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1-2 hari
·
Klien tidak dapat
melepas AKDR oleh dirinya sendiri
Petugas kesehatan terlatih yang
harus melakukan AKDR
·
Mungkin AKDR keluar
dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera
sesudah melahirkan)
·
Tidak mencegah
terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
·
Perempuan harus
memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan
harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini
PERSYARATAN PEMAKAIAN
Yang dapat menggunakan
·
Usia reproduktif
·
Keadaan nulipara
·
Menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang
·
Menyusui yang
menginginkan menggunakan kontrasepsi
·
Setelah melahirkan dan
tidak menyusui bayinya
·
Setelah mengalami
aborsus dan tidak terlihat adanya infeksi
·
Risiko rendah dari IMS
·
Tidak menghendaki
metode hormonal
·
Tidak menyukai untuk
mengingat-ingat minum pil setiap hari
·
Tidak menghendaki
kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat)
Pada umumnya ibu dapat menggunakan
AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam
segala kemungkinan keadaan misalnya :
·
Perokok
·
Pasca keguguran atau
kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
·
Sedang memakai
antibiotika atau anti kejang
·
Gemuk ataupun yang
kurus
·
Sedang menyusui
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti
dibawah ini dapat menggunakan AKDR
·
Penderita tumor jinak
payudara
·
Penderita kanker
payudara
·
Pusing-pusing, sakit
kepala
·
Tekanan darah tinggi
·
Varises ditungkai atau
di vulva
·
Penderiata penyakit
jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum
pemasangan AKDR)
·
Pernah menderita stroke
·
Penderita diabetes
·
Penderita penyakit hati
atau empedu
·
Malaria
·
Skistosomiasis (tanpa
anemia)
·
Penyakit tiroid
·
Epilepsi
·
Nonpelvik TBC
·
Setelah kehamilan
ektopik
·
Setelah pembedahan
pelvik
Catatan : semua keadaan tersebut sesuai
dengan kriteria WHO, WHO Eligibility Criteria category
Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan
AKDR
·
Sedang hamil (
diketahui hamil atau kemungkinan hamil )
·
Perdarahan vagina yang
tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi )
·
Sedang menderita
infeksi alat genital (vaginitis, servisitis )
·
Tiga bulan terakhir
sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
·
Kelainan bawaan uterus
yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
·
Penyakit trofoblas yang
ganas
·
Diketahui menderita TBC
pelvik
·
Kanker alat genital
·
Ukuran rongga rahim
kurang dari 5 cm
·
Kita pernah mengenal
program insersi AKDR (IUD) postpartum di mana pasien mendapat insersi AKDR
pasca persalinan. Program tersebut tidak pernah di kembangkan lagi
·
Dengan adanya cara yang
relatif baru yaitu insersi AKDR post-placenta mungkin mempunyai harapan dan
kesempatan bagi banyak ibu yang tak ingin hamil lagi. Teknik ini cukup aman.
Hanya sebagian kecil (3-8%) ibu yang menginginkan anak lagi. Bagi indonesia
dengan kesulitan hidup yang cukup tinggi (30% miskin), dan banyaknya unmet need
(8,6%) maka teknologi ini perlu ditawarkan, pasien hendaknya mendapat konseling
sebelum persalinan.
·
Pemasangan AKDR dapat
dilakukan juga pada saat seksio sesarea. Peningkatan penggunaan AKDR akan
mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dimasa depan, sehingga akan
mengurangi angka kematian ibu di indonesia.
Efektifitas
·
AKDR post-placenta
telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan
·
Diakui bahwa ekspulsi
lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien; bila mau akan dapat
dipasang lagi
·
Kemampuan penolong
meletakkan difundus amat memperkecil risiko ekspulsi. Oleh karena itu
diperlukan pelatihan
·
Kontraindikasi
pemasangan post-plasenta ialah : ketuban pecah lama, infeksi
intrapartum,perdarahan post partum
Teknologi
·
AKDR umumnya Cu-T
dimasukkan ke dalam fundus uteri dalam 10 menit setelah plasenta lahir.
Penolong telah menjepit AKDR diujung jari tengah dan telunjuk yang selanjutnya
menyusuri sampai ke fundus
·
Pastikan bahwa AKDR
diletakkan dengan benar di fundus. Tangan kiri penolong memegang fundus dan
menekan ke bawah. Jangan lupa memotong benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum
insersi
Pemantauan
Klien hendaknya diberikan pendidikan
mengenai manfaat dan resiko AKDR. Bila terjadi ekspulsi AKDR dapat kembali dipasang.
Pemeriksaan AKDR dapat di lakukan setiap tahun atau bila terdapat keluhan (
nyeri, perdarahan, demam, demam, dsb)
Penanganan efek samping yang umum dan
prmasalahan yang lain.
Efek Samping / Permasalahan
|
Penanganan
|
Amenorea
|
Periksa apakah sedang hamil, apabila
tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea
apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang
tidak terlihat, atau kehamilan lebih 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa
melepas AKDR, jelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan
kehamilan dan resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehmilan dan infeksi
serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
|
Kejang
|
Pastikan dan tegaskan adanya penyakit
radang panggul dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya
apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya bari analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang berat, lepaskan AKDR dan
bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
|
Perdarahan vagina yang hebat dan tidak
teratur
|
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi
pelvik dan kahamilan ektopik. Apabila tidakada kelainan patologis, perdarahan
berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri
Ibu Profen (800mg, 3x sehari selama 1 minggu ) untuk mengurangi perdarahan
dan berikantablet besi ( 1 tablet setiap hari sampai 3 bulan ). AKDR
memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai
AKDR selama lebih 3 bulan dan
diketahui menderita anemia (< 7 gr% ) anjurkan untuk melepas AKDR dan
bantulah memilih metode lain yang sesuai.
|
Benang yang hilang
|
Pastikan adanya kehamilan atau tidak.
Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamildan AKDR tidak terlepas,
berikan kondom. Periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum uteri
(apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih ) setelah masa
haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuklah kedokter, lakukan X-ray
atau pemeriksaan ultrasound. Apatidak hamil dan AKDR yang hilang tidak
ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode alain
|
Adanya pengeluaran cairan dari vagina/
di curigai adanya PRP
|
Pastikan pemeriksaan untuk IMS.
Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau mencurigai menderita gonorhoe
atau ineksi klamidia, lakukan pengobatan yang memadai.bila PRP, obati dan
lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai
masalahnya teratasi.
|
Waktu penggunaan
·
Setiap waktu dalam
siklus haid, yang dapat dipasyikan klien tidak hamil
·
Hari pertama sampai
ke-7 siklus haid
·
Segera setelah
melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan ;
setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu
diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam
pascapersalinan
·
Setelah menderita
abortus ( segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak ada gejala infeksi
·
Selama 1 sampai 5 hari
setelah senggamayang tidak dilindungi
Petunjuk bagi klien
·
Kembali memeriksakan
diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR
·
Selama bulan pertama
mempertgunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid
·
Setelah bulan pertama
pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid spsbils
mengalami :
-
Kram/kejang diperut
bagian bawah
-
Perdarahan (spotting)
diantara haid atau setelah senggama
-
Nyeri setelah senggama
atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual
·
Copper T-380A perlu
dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lbih awal apabila
diinginkan
·
Kembali ke klinik
apabila :
-
Tiidak dapat meraba
benang AKDR
-
Merasakan bagian yang
keras dari AKDR
-
AKDR terlepas
-
Siklus
terganggu/meleset
-
Terjadi pnegeluaran
cairan darivagina yang mencurigakan
-
Adanya infeksi
( Hanafi )
Penggolongan IUD :
1. Un-MedicatedDevices = Insert Devices
= First Generation Devices
Misalnya
: a. Grafenberg ring
b. Oto ring
c. Marguilies coil
d. Lippes Loop (dianggap sebagai IUD
standar )
e. Saft-T-Coil
f. Delta Loop: Modified Lippes Loop D :
penambahan benang chromic catgut pada lengan
atas, terutama untuk insersi post-partum
2. Medicated device : = Bio-Active
Device
= Second Generation Devices
a. Mengandung
logam :
-
AKDR-Cu Generasi
pertama (First Generation Copper Devices) :
v CuT-200
= Tatum-T
v Cu-7
= Gravigard
v MLCu-250
-
AKDR-Cu Generation
Kedua (second Generation Copper Devices) :
v CuT-380A
= ParaGard
v CuT-380Ag
v CuT-220C
v Nova-T
= Novagard : mengandung Ag
v Delta-T
: Modified CuT-220C
Penambahan benang chromic catgut pada lengan
atas, terutama untuk insersi
post-partum
v MLCu-375
b. Mengandung
hormon : progesterone atau levonorgestrel
-
Progestasert =
Alza-T dengan daya kerja 1 tahun.
-
LNG-20 : mengandung
levonorgestrel
Penggolongan
lain dari IUD Berdasarkan :
1. Konfigurasi
a. Open
dan linear devices : Lippes Loop, Copper IUD.
b. Closed
dan ring-shaped davies: Zipper ring, Ragab ring.
2. Rigiditas
3. Lias
permukaan
4. Macam
bahan asal
Mekanisme
Kerja IUD :
Mekanisme
kerja yang pasti dari IUD belum diketahui.
Ada
beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan :
1. Timbulnya
reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi
sel telur yang telah dibuahi terganggu.
Disamping
itu, dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, foreign body sel
mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum
dan blattocyt.
2. Produk
lokal protagladin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
3. Gangguan/terlepasnya
blastoxyct yang telah berimlplantasi di dalam endometrium.
4. Perh\gerakan
ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
5. Immobilisasi
spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6. Dari
peneliti-eneliti terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (memcegah fertilisasi)
Ini
terbukti dari penelitian di Chili ;
Diambil
dari 14 wanita pemakai IUD dan 20 wanita tanpa menggunakan kontrasepsi. Semua
wanita telah melakukan sanggama sekitar waktu ovulasi.
Ternyata
ova dari wanita akseptor IUD tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda fertilisasi
maupun perkembangan embrionik normal; sedangkan setengah dari jumla ova wanita
yang tidak memakai kontrasepsi menunjukkan tanda-tanda fertilisasi dan
perkembangan embrionik yang normal.
Penelitian
menunjukkan bahwa IUD antra lain bekerja dengan cara mencegah terjadinya
fertilisasi.
7. Untuk
IUD yang mengandung CU ;
a. Antogonisme
kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat
dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus
genitalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbnonic anydrase sehingga
tidak memungkinkan terjadinya implantasi ; dan mungkin juga menghambat
aktifitas alkali phosphotase.
b. Mengganggu
pengambikan ekstrogen endohenous oleh mucosa uterus.
c. Mengganggu
jumlah DNA dalam sel endometrium.
d. Mengganggu
metabolisme glikogen.
Penambahan
Ag pada IUD yang mengandung Cu mempunyai maksud untuk mengurangi fragmentasi
dari Cu sehingga Cu lebih lama habisnya.
8. Untuk
IUD yang mengandung hormon progesterone.
a. Gangguan
proses pemayangan proliferatif sekretoir sehingga timbul penekanan terhadap
terhadap endomentrium dan tegangannya proses implantasi (endometrium tetap
berada dalam fase decidual / prgestational).
b. Lendir
serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin.
Dari
uraian di atas, maka IUD tampaknya tidak :
1. Mencegah
ovulasi
2. Mengganggu
corpus luteum
Efektivitas
IUD :
1. Efektivitas
dari IUD dinyatakan dalam kontinuitas (continuation rate) yaitu beberapa
lama IUD tetap tinggal in-utero.
a. Ekspulsi
spontan
b. Terjadinya
kehamilan
c. Pengangkatan/pengeluaran
karena alasan-alasan medis atau pribadi.
2. Efektivitas
dan bermacam-macam IUD Progesterone:
a. IUD
– Nya
-
Ukuran
-
Bentuk
-
Mengandung Cu atau
progesterone
b. Akseptor
-
Umur
-
Paritas
-
Frekuensi Sanggama
3. Dari
faktor-faktor yang berhubungan dengan ekseptor yaitu umur dan paritas,
diketahui:
a.
Makin tua usia, makin Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan,
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran
IUD.
b.
Makin
muda usia, terutama pada nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
4. Dan
uraian di atas, maka use-effectiveness dan IUD tergantung pada variabel administratif,
pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman, pemasang,
kemungkinan ekspulsi dari fihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui
terjadi nya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertoiungan
medis.
Angka Kegagalan IUD:
1.
Belum
ada IUD yang 100% efektif !
2.
Angka
kegagalan untuk:
-
IUD
pada umumnya : 1-3 kehamilan ke 10 wanita pertahun
-
Lippes
Loop dan First Generation Cu IUD :
-
Second
Generation Cu IUD :
< 1 kehamilan per 100 wanita per tahun, dan 14
kehamilan per 100 wanita setelah 6 tahun pemakaian.
Angka Kontinuitas Pemakaian
IUD:
1.
70
- 90 per 100 wanita setelah satu tahun
2.
Di
Indonesia: 65 - 75
% akseptor IUD
masih tetap memakai IUD nya;
dibandingkan 30-40 Cc yang memakai Piloral.
Kontra-Indikasi Insersi IUD
:
1. Kontra-indikasi absolut:
a.
Infeksi
pelvis yang aktif (akut atau sub-akut). termasuk
persangkaan Gonorrhoe atau hlamydia.
b.
Kehamilan
atau persangkaan kehamilan
2.
Kontra-indikasi
relatif kuat
a.
Partner
seksual yang banyak.
b.
Partner
seksual yang banyak dan partner
akseptor IUD.
c.
Kesukaran
memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi.
d.
Pernah
mengalami infeksi pelvis atau lnfekss pelvis yang rekuren, post-partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir.
e.
Cervicitis
akut atau purulent.
f.
Kelainan
darah yang tidak diketahui sebabnya.
g.
Riwayat
kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.
h.
Pernah
mengalami infeksi pelvis satu kall dan masih menginginkan kehamilan selanjutnya.
i.
Gangguan
respons tubuh terhadap infek (AIDS. Diabetes mellitus, pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain)
j.
Kelainan
pembekuan darah
3.
Keadaan-keadaan
lain yang dapat merupakan kontra-indikasi untuk insersi IUD.
- Penyakit kutup jantung kemungkinan terjadi subakut bacterial endokardus.
- keganasan endometrium atau serviks.
- Strsosis serviks yang berat
- Uterus yang kecil sekali
- Endometriosis
- Myoma uteri
- Polip endometnum
- Kelainan kongenital uterus
- Dismenore yang berat.
- Darah haid yang banvak haid yang ireguler atau perdarahan bercak (spotting)
- Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit gangguan Cu yang turun temurun penvakit ini jarang terjadi ).
- Anemia.
- Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya dari IUD.
- Ketidak-mampuan untuk memeriksa sendiri ekor IUD
- Riwayat Gonorrhoe. Chlamydia, Syphilis atau Herpes
- Actcnornyc.sis genitalia
- Riwayat reaksi vaso-vagal yang berat atau pingsan
- Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh negative
- Pernah mengalami problem ekspulsi IUD.
- Leukore atau miekst vagina.
- Riwayat infeksi pelvis
- Riwayat operasi pelvis
- Keinginan untuk mendapatkan anak di kemudian nari atau pertimbangan kesuburan dimasa yang akan datang.
Insersi IUD:
1.
Permasalahan
pada insersi IUD:
a.
Insersi
yang tidak baik dari
IUD dapat menyebabkan
-
Ekspulsi
-
Kerja
kontraseptif tidak efektif
-
Perforasi
uterus
Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD tergantung pada Beberapa hal yaitu :
1.
Ukuran
dan macam IUD beserta tabung
inserter-nya.
2.
Waktu/saat
insersi.
3.
Tehnik
insersi.
4.
Penjelasan
prosedurnya kepada calon akseptor
5.
Pemeriksaan
pelvis btmanual dan sondage uterus.
6.
Tehnik
a dan anti sepsis.
7.
Penempatan
IUD setinggi rnungkin di daiam uterus (fundus uteri tanpa menembusiperfiasi myometrium
ad 1. Ukuran dan macam IUD
a.
Makin kecil IUD, makin
mudah insersinya, makin tinggi insersinya, makin tinggi
b.
Makin
besar IUD, Makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya.
ad 2 : Wktu / saat insersi
a. Insersi Interval
-
Kebijakan
(policy) sekarang
Insersi IUD
dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yang seyakin-yakinnya
bahwa calon ekseptor tidak dalam keadaan hamil :
-
Kebijakan
(policy) lama :
Insersi IUD
dilakukan selama atau segera atau sesudah haid.
Alasan :
· Ostium uteri lebih terbuka
· Canalis cervicalis lunak
· Perdarahan yang timbul karena prosedur insersi
· “tertutup” oleh perdarahan haid yang normal.
· Wanita pasti tidak hamil.
Tetapi,
akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena :
-
Infeksi
dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid.
-
Dilatasi
canalis cervicalis adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid-siklus.
-
Memudahkan
calon akseptor pada setiap saat kita ia dating ke klinik KB.
b. Insersi Post-partum
Insersi IUD
adalah aman dalah beberapa hari post-partum, hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang
sangat tinggi.
Tetapi menurut
penyelidikan di Singapura, saat yang terbaik adalah delapan minggu post-partum.
Alasanya karena antara empat-delapan minggu post-partum, bahaya perforasi
sangat tinggi.
-
Delta
Loop = Modified Lippes Loop D
-
Delta
T = Modified Cu T-220C.
Kedua IUD
tersebut diberi benang chromic pada lengan atasnya, dengan maksud benangnya
akan tertanam ke dalam endometrium dan menahan IUD-nya ditempatnya selama
involusi uterus. Benangnya secara perlahan-lahan akan larut dalam waktu 6
minggu
- Modifird Delta loop
- Midified Delta T.
- Kedua IUD tersebut diberi tonjolan-tonjolan yangterbuat
dari bahan polimer yang biodegradable, yang akan larut secara
perlahan-lahan.
- Post-Partum
Mempunyai
lengan tambahan pada bagian bawah batang IUD, sepanjang 2 cm yang menjurus ke
atas dan ke arah luar.
Insersi IUD
post-partum tidak mempunyai efek pada kuantitas atau komposisi dari air susu
ibu (ASI)
c.
Insersi
Post-abortus
Karena
konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera
dipasang sesudah :
-
Abortus
Trimeser I
Ekspulsi,
infeksi, perforasi, dll sama seperti pada insersi interval
-
Abortus
trimester II
Ekspulsi 5-10
x lebih besar daripada abortus trimester I
Dari
penyelidikan ternyata bahwa Lippes Loop lebih sering WHO merekomendasikan
CuT-220C untuk keadaan post-abortus.
d.
Insersi
Post-coital
Lihat bab
kontrasepsi Post-coital
Pengukuran
Uterus
1. Dari
penyelidikan-penyelidikan didapatkan bahwa efek samping lebih sering timbul
pada ukuran uterus yang berada diluar batas-batas normal (6,5 – 8 cm).
2. Alat-alat
yang dikembangkan untuk mengukur dengan lebih akurat panjangnya cavum uteri,
misalnya :
a. Hasson
Wing Sound I
b. Hasson
Wing Sound II, untuk panjang dan lebar cavum uteri.
c. Cavimeter
ad
3. Teknik insersi
ada
tiga cara :
a. Tehnik
Push-out = mendorong : Lippes Loop
Bahata
perforasi lebih besar.
b. Tehnik
Withdrawal = menarik : Cu IUD
c. Tehnik
Plunging = “mencelupkan” : Progestasert-T
Prosedur
Insersi IUD
1. Pemberian
analgetika dan sedativa bila diperlukan.
2. Pasang
spekulum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding vagina.
3. bila
mungkin, kerjakan papanicolaou smear dan pemeriksaan bakteriologis terhadap
Gonorrhoe
4. Lakukan
pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi dan mobilitas
uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi atau
keganasan dari organ-organ sekitarnya.
5. Pasang
kembali spekulum dalam vagina, dan lakukan desinfeksi endoserviks dan
dinding vagina.
6. Pasang
tanakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan pada untuk meluruskan
dan menstabilkan uterus. Ini akan mengurangi perdarahan dan risiko perforasi.
7. Lakukan
sondage uterus.
8. Masukkan
IUD sesuai dengan macam alatnya
Lepaskan
IUD dalam bidang transverse dari cavum uteri pada posisi setinggi mungkin
difundus uteri. Bila terasa ada tahanan sebelum mencapai fundus, jangan
dipaksakan, keluarkan alatnya dan lakukan re-insersi.
9. Keluarkan
tabung insertasinya
10. Periksa
dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari ostium utteri eksternum.
11. Keluarkan
tenakulum dan spekulum.
Catatan : IUD jangan dibiarkan lebih lama dari 2
menit di dalam tabung insersinya, karena ia akan kehilangan bentuknya (terutama
untuk Lippes Loop)
Uraian Macam-macam IUD
1. Un-Medicated
IUD
a. Lipps
Loop
-
Diperkenalkan pada awal
1960-an, dan diaggap sebagai IUD standard, tersebut polyethylene (suatu plastik
inert secara biologik) ditambah Barium sulfat.
-
Ada empat macam IUD
Lippes Loop :
Lippes Loop A : panjang
26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang bru, satu titik pada pangkal IUD dekat benang
ekor.
Lipps Loop B : panjang
25,2 mm, lebar 27,4 mm 2 benang hitam, bertitik-4.
Lippes Loop C : panjang
27,5 mm lebar 30.0 mm 2 benang kuning, bertitik – 3.
Lippes Loop D : panjang
27,5 mm, lebar 30,0 mm 2 benang putih,
bertitik – 2.
-
Cara insersi : Push
– out
-
Lippes Loop dapat
diberikan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada
keluhan dan/atau persoalan bagi akseptornya.
2. Medicated
IUD
a. Copper
IUD
Yang
paling dikenal sampai saat ini adalah :
CuT-200 : panjang 36 mm, lebar
32 mm, mengandung 200 mm2 Cu (luas permukaan Cu-nya)
Tatum T : Daya kerja : tiga
tahun
Cara
insersi : withdrawal
CuT-200B : Seperti CuT-200, tetapi
ujung bagian bawah batang IUD berbentu bola.
CuT-200Ag : Seperti CuT-200, tetapi
mengandung inti Ag di dalam tembaganya.
CuT-220C : Panjang 36 mm, lebar 32
mm, 220 mm2 Cu di dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada
batang vertikalnya.
Daya
kerja : tiga tahun
Cara
insersi : withdrawal
Cut-380A : Panjang 36 mm, lebar
32 mm, 314 mm2 kawat Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas
masing-masing 33 mm2 pada masing-masing lengan horizontal.
Daya
kerja : 8 tahun (FDA : 10 tahun)
Cara
insersi : Withdrawal (tehnik no-touch).
CuT-380 Ag : Seperti CuT-380A. Hanya
dengan tambahan inti AG di dalam kawat Cu-nya.
Daya
kerja : 5 tahun
CuT-380S : CuT-380 Slimline
Selubang
Cu diletakan pada ujung-ujung lengan Horizontalnya dan beberapa di dalam
plastiknya.
Daya
kerja : 2,5 tahun
Catatan : Penambahan selubung
Cu yang padat pada lengan CuT-380 A dan CuT-220C dimaksudkan untuk memperbesar
luas permukaan Cu di dalam uterus dan untuk lebih mendekatkan Cu pada fundus
uteri.
Berbeda
dengan lilitan kawat Cu, selubung Cu yang padat tidak mengalami fragmentasi
in-utero, sehingga efektivitas lebih lama.
Nova-T : panjang 32 mm,
lebar 32 mm, 200 mm2 luas permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat
Cu-nya
Novagared Daya kerja : 5 tahun
Cara
insersi : Withdrawal
ML Cu-250 : 220 mm2 luas
permukaan kawat Cu
Benang
ekor 2 lebar, berwarna hitam atau tidak berwarna
Daya
kerja : 3 tahun
Cara
insersi : withdrawal
Ada
tiga bentuk ML Cu-250
·
Standard : panjang 35
mm, lebar 18 mm
·
Short : panjang 24 mm,
lebar 18 mm
·
Mini : panjang 24 mm,
lebar 13 mm
ML Cu-375 : 375 mm2 luas
permukaan kawat Cu
Benang
ekor 2 lebar, berwarna hita atautidak berwarna
Daya
kerja : 5 tahun
Cara
insersi : withdrawal
·
Standard : panjang 35
mm, lebar 18 mm
·
Short : panjang 29 mm, lebar 18 mm
·
SL : panjang 24 mm,
lebar 18 mm
Cu-7 : Panjang 36 mm,
lebar 26 mm, mengandung 200 mm2 luas permukaan Cu, mempunyai tabung
inserter dia meter paling kecil dibandingkan tabung-inserter dia meter paling
kecil dibandingkan tabung-inserter IUD lain-lainnya sehingga dapat dianjurkan nulligravid.
Daya
kerja : 3 tahun
Cara
insersi : withdrawal, . (dapat pula push-out)
MPL-Cu 240 Ag : 240 mm2 luas
permukaan Cu, dengan inti Ag di dalam kawat Cunya.
Daya
kerja : 3-5 tahun
Cara
insersi : withdrawal
Ada
3 bentuk MPL-Cu 240 Ag.
Ukuran 0 Panjang 26 mm, lebar 18 mm, untuk ukuran
rahim, 7 cm atau nuligravid.
Ukuran 1 Panjang 31 mm, lebar 23 mm, untuk ukuran
rahim 7-8 cm.
Ukuran 2 Panjang 25 mm, lebar 30 mm, untuk
ukuran 8 cm atau para 4 atau lebih.
Utering 330 Cu: terbuat dari plastik polyethylene,
dengan leher tepi diagonal 15 mm, kawat Cu berdiameter 0,4 mm2,
melingkari sekitar batangnya dan tanpa benang ekor Tabung inserter berdiameter 4
mm.
Daya
kerja : 3 tahun
Pengeluaran
: dengan ekstraktor IUD
Keuntungan
Cu IUD:
1. Ekspulsi
lebih jarang, lebih baik pada insersi interval, post-partum maupun
post-abortus.
2. Kehilangan
darah haid lebih sedikit.
3. Dapat
lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau wanita dengan peritas
rendah.
4. Ukuran
tabung inserter lebih kecil.
Kerugian
Cu IUD :
1. Perlu
diganti setelah pemakaian beberapa tahun
2. Lebih
mahal.
b.
IUD
yang Mengandung Hormon
1.
Progestasert-T
= Alza T.
a.
Panjang
36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
b.
Mengandung
38 mg progesterone, dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari.
c.
Tabung
inserter-nya berbentuk lengkung (meniru lekuk lengkung cavum uteri).
d.
Daya
kerja: 18 bulan.
e.
Tehnik
insersi : plunging (modified withdrawal).
Keuntungan
IUD yang mengandung hormon :
- Mengurangi volume darah haid (dapat sampai dibawah tingkat pra-insersi).
Kerugian
IUD yang mengandung hormon :
- Jauh lebih mahal daripada Cu IUD.
- Harus diganti setelah 18 bulan.
- Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak / spotting.
- Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi.
Catatan: Setelah pemakaian IUD
kurang dari setahun, sering terjadi
penimbunan garam Calcium dan bahan-bahan organik lainnya pada beberapa IUD, dan
dikhawatirkan bahwa hal ini dapat
menghambat pelepasan Cu sehingga efektivitas kontraseptifnya berkurang,
tetapi sampai saat ini belum ada
bukti-bukti yang mendukung persangkaanini.
Efek
Samping dan Komplikasi IUD
Efek samping
dan komplikasi IUD dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
1.
Pada
saat insersi
2.
Di
kemudian hari
Efek Samping dan Komplikasi pada Saat Insersi IUD
1.
Rasa
sakit/nyeri
Pengobatan analgetika atau
prostaglandin-inhibitor.
2.
Muntah. keringat dingm dan syncope
a.
Terjadi
pada <= 1 %
b.
Penyebab:
reaksi vaso-vagal.
c.
Pencegahan:
Pemberian atropin 0,4 - 0.5 mg IM/IV, sedativa ringan dan anestesi local
d.
Pengobatan:
Istirahat dalam posisi horizontal. lnhalasi
ammonia.
3. Perforasi uterus
a.
Angka
kejadian: kira-kira 1,2 per 1000 insersi IUD.
b.
Lebih
sering terjadi pada tehnik insersi push-out.
c. Perforasi dapat:
-
Partial.
-
Komplit.
d.
Gejala-gejala perforasi.
-
Rasa
sakit/nyeri yang tiba-tiba dan/atau perdarahan.
-
Tetapi
perforasi dapat pula a-symptomatis atau silent.
e.
Di kemudian hari, persangkaan adanya
perforasi:
-
Benang
ekor IUD tidak teraba dan tidak terlihat, dan akseptor tidak pernah merasa IUD-nya keluar per-vaginam.
-
Perdarahan
post-insersi.
-
Kehamilan
Tindakan Diagnostik pada
Persangkaan Perforasi IUD:
1. Tentukan ada tidaknva kehamilan ?
a.
Ada
kehamilan:-periksa dengan Ultrasonografi.
b.
Tidak ada kehamilan:
-
Lakukan
sondage cavum uteri:
-
Sondage
positif IUD intra-uterine.
-
Sondage
negatif:
= X-fato pelvis (AF dan Lateral) dengan sonde
in-utero. atau ma;ukkan IUD
macam lain intra-uterine.
= Histerografi.
= Histeroskopi.
= Ultrasonografi.
Penanggulangan Perforasi IUD:
1. Perforasi partial: keluarkan IUD.
2.
Perforasi
komplit
a. Closed devices: harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya strangulasi usus.
b. Cu devices: harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya timbulnya reaksi inflamasi dan adhesi sekitar IUD di
dalam rongga peritoneum (adhesi ornentum).
c. Open - linear devices Sampai sekarang masih ada 2 pendapat :
Menurut
Medical Advisory Panel IPPF, tidak perlu dikeluarkan, kecuali bila ada gejala-gejala dan keluhan abdominal.
Harus dikeluarkan meskipun tidak
ada gejala-gejala dan keluhan
abdominal.
Alasan: Pada saat insersi. ada kuman-kuman yang masuk.
kemudian mempertahankan
diri dalam suatu "kepompong" dan pada suatu saat dapat menimbulkan infeksi.
Pemasangan IUD |
makasih infonya , kalau penanganan masalah akseptor AKDR di atas sumbernya dari mana yah ??
ReplyDeletemakasih infonya , mau nanya kalo yg tabel penanganan masalah AKDR sumbernya dari mana yah ??
ReplyDelete