A.
Latar Belakang
Ilmu
kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,
persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal.
Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala
nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan
sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan
pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi
rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa
angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan
negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan
pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan
lebih bermutu.
Dengan perkiraan
persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan
bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat
dikemukakan bahwa:
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang
sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang
menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence
based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai
dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan
kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh
dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan
2. Untuk
mengetahui informasi evidence based pada asuhan persalinan terkini
C.
Manfaat
1. Untuk
meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based kebidanan
2. Untuk
meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada asuhan
persalinan terkini
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Evidence
Based Midwifery (Practice)
EBM
didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional
dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM
Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887
(Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk
kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah
bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan
mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan
yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan
melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk
bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian
murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003
(Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan
perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).
EBM
mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan
profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai
penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk
praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
B. Asuhan
Persalinan Normal
Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin,10)
Sedangkan persalinan
normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi
dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan
antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi sehat.
Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima)
aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan
perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:
1. Aspek Pemecahan Masalah
yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik (Clinical Decision Making).
2.
Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi
3.
Aspek Pencegahan Infeksi
4.
Aspek Pencatatan (Dokumentasi)
5. Aspek Rujukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Contoh
EBM Pada Asuhan Persalinan
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di
banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya
pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara
maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang
sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa
terakhir terfokus pada:
a)
Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan
suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b)
Asuhan Antenatal Terfokus
Memantau perkembangan
kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan
kesediaan menghadapi komplikasi
c)
Asuhan Pascakeguguran
Menatalaksanakan
gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
d) Persalinan yang
Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti
ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian
e) Penatalaksanaan
Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan
kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan
untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan
menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan
selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman
serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma
dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan
pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi
baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran
paradigma tersebut diatas:
1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap
yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya
pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses
persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus
pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2. Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan
secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur
ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau
hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3. Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah
perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan
pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali
pusat terkendali.
4. Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal
mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta
kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat
memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung.
Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan,
menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga
klien
5. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan
teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh
untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi
utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan
bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar
tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan
lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan
buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan
mencegah hipotermia.
6.
Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan
dasar persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.
Asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan :
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paradigma baru (aktif)
yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan evidence based terkini, terbukti
dapat mencegah atau mengurangi komplikasi
yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu
membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena
sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan
sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat
diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar
kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif
terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan
secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka
semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau
kematian ibu dan bayi baru lahir.
B. Saran
Diharapkan
akan adanya peningkatan
jumlah bidan terlibat dalam penelitian,akan pengetahuan
berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek
Kebidanan, EGC : Jakarta..
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
www.google.com
Terima Kasih Artikelnya :-)
ReplyDeletebu bisa minta tolong artikel tentang EBM-nya yg lebih lengkap..
ReplyDeleteterimakasih sebelumnya
makasi artikelnya :)
ReplyDeletekalau evidence based pada asuhan persalinan bagaimana ya? minta tolong dijelaskan mbak :)