Macam-macam Kangker yang Sering Menyerang
Wanita
Menurut hasil
penelitian, penyebab kanker tersering pada wanita setelah kanker leher im
(kangker serviks) adalah tiga : Kangker Payudara, kanker rahim (kangker uterus),
dan kanker indung telur (kangker ovarium).
KANGKER SERVIKS
(LEHER RAHIM)
Kangker
Leher Rahim (Kangker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/ serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker
serviks berasal dari sel skuamosa Yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal
dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam
rahim. (4)
Kangker Serviks |
Penyebab
Kangker
serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang
disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas,
maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab
terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker
serviks:
a.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Lebih dari 90% kasus kondiloma serviks, semua NIS , dan kangker serviks mengandung DNA virus
HPV. Dari 70 tipe HPV yang diketahui scat ini, ada 16 -tipe HPV yang erat
kaitannya dengan kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui hubungan
seksual. Wanita yang berisiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga
berisiko terinfeksi virus ini sehingga mempunyai risiko terkena kanker serviks.
( 3 & 4 )
b.
Rokok sigaret
Wanita perokok mempunyai risiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks
dibandingkan dengan wanita bukan terkandung nikotin dan atau zat lainnya yang
terdapat di dalam rokok. Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan serviks dan
menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, di
samping merupakan kokarsinogen infeksi virus. Rokok mengandung tembakau merusak
sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV
pada serviks. ( 3 & 4)
c.
Perilaku seksual
Berdasarkan penelitian, risiko kanker serviks meningkat lebih dari 10
kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila hubungan seks
pertama bawah umur 15 tahun. Risiko juga meningkat bila berhubungan seks dengan
laki-laki berisiko tinggi (laki-laki yang berhubungan, seks dengan banyak
wanita), atau laki-laki yang mengidap penyakit jengger ayam' (kondiloma
akuminatum) diakarnya (penis).
d.
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
e.
Pemakaian DES (dietkistilbestrol) pada wanita hamil
untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970)
f.
Gangguan sistem kekebalan
g.
Pemakaian pil KB
h.
Infeksi herpes
genitalis atau infeksi klamidia menahun
i.
Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan
Pap smear secara rutin).
j.
Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat
meningkatkan risiko terjadinya MS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan
risiko terkena kanker serviks pada wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan
vitamin (A, C, dan E). (4)
Keadaan Prakanker Pada Serviks
Sel-sel
pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada
sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan
lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker.
Karena
itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekank-er, yang bisa berubah
menjadi kanker.
Saat
ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel
di permukaan serviks, salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel
(lesi artinya kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal
hanya ditemukan di lapisan permukaan). (4)
Perubahan
pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok:
1)
Lesi tingkat rendah: merupakan perubahan dini pada
ukuran, bentuk dan jumlah sel yang membentuk p6rmukaan serviks. Beberapa lesi
tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi yang lainnya tumbuh menjadi
lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi.
Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia
intraepitel servikal I (V1S 1). Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan
pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada semua
kelompok umur.
2)
Lesi tingkat tinggi: ditemukan sejumlah besar sel
prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan prekanker
ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan
menyusup ke lapisan serviks yang lebih dalam. Lesi tingkat tinggi juga disebut
displasia menengah atau displasia berat, MS 2 atau 3, atau karsinoma in situ.
Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40
tahun.
Jika sel-sel abnormal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke
jaringan maupun organ lainnya, mada keadaannya disebut kanker serviks atau
kanker serviks invasif Kanker serviks paling sering ditemukan pada usia diatas
40 tahun. (4)
Gejala
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menim-bulkan, gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan Pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah
menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitamya. Pada saat ini akan
timbul gejala berikut:
·
Perdarahan vagina yang abnormal, terutama
diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah
menopause.
·
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih
banyak)
·
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang
encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
·
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan,
kelelahan
·
Nyeri panggul, punggung atau tungkai
·
Dari vagina keluar air kemih atau tinja
·
Patah tulang (fraktur) (4 & 5)
Pengobatan
- Pengobatan lesi prekanker
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor
berikut :
·
tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau
tingkat tinggi)
·
rencana penderita untuk hamil lagi
·
usia dan keadaan umum penderita.
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerliikan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan. Pap smear dan
pemeriksaan panggul secara rutin.
·
Kriosurgeri (pembekuan)
·
Kauterisasi (pembakaran,
juga disebut diaterm)
·
Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel
yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya
·
LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Setelah menjalani
pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya,
perdarahan maupun keluamya cairan encer dan vagina. Pada beberapa kasus,
mungkin perlu dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim), terutama jika
sel-sel abnormal di-temukan di dalam lubang serviks. Histerektomi dilakukan
jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi. (2 & 4 )
- Pengobatan untuk kanker serviks
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan
ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana
penderita untuk hamil lagi.
1)
Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki
anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan
ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya
setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi,
dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan
histerektomi dan pengangkatan struktur di selcitamya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar
getah. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi
tidak diangkat.
2)
Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk- mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
(4&6)
·
Radiasi
eksternal: sinar berasal dari sebuah mesin besar
·
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
·
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan ebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu
·
Radiasi
internal: rzat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selarna itu pen-derita dirawat
di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah:
ü
iritasi rektum dan vagina
ü
kerusakan kandung kemih dan rectum
ü
ovarium berhenti berfungsi.
3)
Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk
menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh
sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.
Kemoterapi diberikan dalam suatu sildus, artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga
pemulihan, begitu seterusnya. ( 2 & 4 )
4)
Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi. (4)
Efek Samping Pengobatan
Selain
membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel
yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang, tidak
menyenangkan. Efek samping dari pengobatan kanker sangat tergantung kepada
jenis dan luasnya pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita juga
berbeda-beda.
Metoda
untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama
dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker. Efek samping yang
timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer dari
vagina.
Beberapa
hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut
bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita
juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk
membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setelah
pembedahan, aktivitas penderita hams dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar.
Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan
dalam waktu 4-8 minggu.
Setelah
menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi.
Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk
melakukan hubungan seksual.
Tetapi
banyak penderita yang mengalami gangguan ernosional setelah histerektomi.
Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita
merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.
Selama
menjalani radioterapt, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa,
terutama seminggu sesudah-nya. Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting,
tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif
(4)
Pada
radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan
kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih
gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi
harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan
pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari.
Biasanya,
selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual.
Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur,
sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk
mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas
aengan bahan dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering
berkemih. (4)
Efek
samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang
digunakan. Selain itu; efek samping-nya pada setiap penderita berlainan.
Biasanya obat anti-kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat,
termasuk sel darah (yang berfungsi melawan infeksi, mem-bantu pembekuan darah
atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat
anti-kanker, penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan
mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga.
Sel-sel
pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga membelah
dengan cepat. (4)
Jika
sel-sel tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami
kerontokan rambut, nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di
mulut.
Terapi
biologis bisa menyebabkan gejala yang menye-rupai flu, yaitu menggigil, demam,
nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare. Kadang timbul
main, selain itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan. (4)
Pencegahan
- Mencegah terjadinya infeksi HPV
- Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur
Pap
smear (tes Papanicolau) adalah suatu
pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dan apusan serviks.
Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah
spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar
serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal).
Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan
dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
24
jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau
pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak
menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan
prekanker pada serviks. Jika hasil Pap smear menunjukkan displasia atau serviks
tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsi (4)
Anjuran
untuk melakukan Pap smear secara teratur:
§
Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35
tahun
§
Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti
pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin
§
Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB
§
Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia
diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif
atau untuk wanita yang telah menjalani his-terektomi bukar. karena kanker
§
Sesering mungkin jika hasil Pap smear
menunjukkan abnormal
§
Sesering mungkin setelah penilaian dan
pengobatan pre-kanker maupun kanker serviks. (4)
Untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya:
§
Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun
tidak melakukan hubungan seksual.
§
Jangan melakukan hubungan seksual dengan
penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin
§
Jangan berganti-ganti pasangan seksual
§
Berhenti merokok.
Pemeriksaan
panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai ketika seorang wanita
mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil
yang abnormal hams diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi. (4 &
5)
Beberapa
peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A berperan aaiam menghentikan atau
mencegah perubahan keganasan pada sel-sel, seperti yang terjadi pada pennukaan
serviks. ( 4 & 5 )
Baca juga artikel terkait :
KANGKER SERVIKS
KANGKER PAYUDARA
Baca juga artikel terkait :
KANGKER SERVIKS
KANGKER PAYUDARA
No comments:
Post a Comment