7/19/2012

ENDOMETRISIS : Komplikasi Nifas


INFEKSI NIFAS
A.    Definisi Infeksi Nifas
ENDOMETRISIS : Komplikasi Nifas
       Infeksi nifas (infeksi puerperalis) adalah infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan infeksi nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting penyakit ini. Demam dalam nifas sering juga disebut morbiditas nifas merupakan index kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pyelitis, Infeksi jalan pernafasan, malaria, typhus dan lain-lain (Krisnadi, R. Sofie, 2005).
       Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman – kuman ke dalam alat – alat genital pada waktu persalinan dan nifas.Masuknya kuman – kuman dapat terjadi dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali sehari secara oral (dari mulut) (Wiknjosastro, 2006).
       Infeksi masa nifas (pireksia nifas) didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh sampai 38C atau lebih, yang berlangsung selama 24 jam atau kambuh kembali sejak akhir 1 sampai akhir hari ke 10 setelah melahirkan atau abortus (Jones, L. Derek, 2002).

ENDOMETRITIS

A.     Definisi
Endometritis adalah suatu peradangan endoetrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesaria, terutama bila sebelumnya pasien menderita koridamionitis, parkus dalam, atau pecahnya ketuban yang lama(Jones, L. Derek, 2002).
Endometritis merupakan infeksi polimikroba pada endometrium yang sering menyerang miometrium yang ada dibawahnya(Norwitz, 2007).

B.     Etiologi
Endometritis disebabkan oleh bakteri atau kuman. Kuman yang menyebabkan peradangan endometrium ini ialah golongan streptokokus, stapilokokus, adakalanya basil tuberkolusis dan gonokokus(Sulaiman, 2001).
Endometritis disebabkan oleh infeksi yagn terjadi pada hari pertama dan kedua setelah persalinan biasanya disebabkan oleh streptokokus grup A. infeksi lain yang terjadi pada hari ke 3 dan ke 4 setelah persalinan biasanya disebabkan oleh pathogen enterik (Escherichia coli) atau anaerob. Endometritis yang terjadi lebih dari satu minggu setelah persalinan sering diakibatkan oleh Chlamydia trachomatis(Walsh, V. Linda, 2008).

C.     Faktor predisposisi
Ø  Sectio cessaria,
Ø  Ketuban pecah,
Ø  Partus lama,
Ø  Anemia,
Ø  Perdarahan,
Ø  Jaringan plasenta yang bertahan,
Ø  Pemakaian AKDR terutama IUD,
(Krisnadi, R. Sofie, 2005)

D.     Gambaran klinis
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang – kadang lokia berthan oleh darah, sisa – sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometradan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah diatasi. Uterus pada endometritis akan membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari pertama merasa kurang sehat dan nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau(Wiknjosastro, 2006).
Gambaran klinis endometritis berbeda – beda bergantung pada virulensi kuman penyebabnya. Biasanya demam mulai 48 jam pasca persalinan dan bersifat naik turun(remittens). His royan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat, dan berbau. Lokia yang berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada subinvolusi. Leukosit naik antara 15000 – 30000/mm3. Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Jika infeksi meluas, suhu turun berangsur – angsur normal pada hari ke-7 – 10(Krisnadi, R. Sofie, 2005).


E.     Tanda dan gejala
Gejala endometritis antara lain demam dan kedinginan, malaise, dan nyeri abdomen bagian bawah. Tandanya meliputi demam, uterus lunak, rabas vagina yang purulen, dan lokia rubra yang parah. Jika terdapat organism anaerob atau bentuk coli, lokia berbau tidak sedap(Walsh, Linda V, 2008).



F.      Penatalaksanaan
Karena virulensi dari beberapa organisme, sebaiknya berhati – hati dalam member antibiotika sebelum hasil kultur diperoleh untuk mengetahui organism yang menginfeksi dan sebsitivitas antibiotiknya. Kultur darah dilakukan bila dicurigai adanya infeksi sistemik.
Pasien dengan infeksi yang ringan hingga ke berat, biasanya jika mereka bersalin per vagina secara normal dapat ditangani dengan pemberian antibiotika melalui intravena diikuti dengan pemberian oral jika sudah tidak demam lagi selama 24 jam terakhir. Sefalosprin spectrum luas atau penicilin merupakan pengobatan palihan(Walsh, V. Linda, 2008).


No comments:

Post a Comment