Pemantauan
dan evaluasi lanjut
1. Tanda Vital
Pemantauan
tanda-tanda vital pada persalinan kala IV antara lain:
a.
Kontraksi uterus harus
baik
b.
Tidak ada perdarahan
dari vagina atau alat genitalia lainnya.
c.
Plasenta dan selaput ketuban
harus telah lahir lengkap.
d.
Kandung kencing harus
kosong.
e.
Luka-luka pada perineum
harus terawat dengan baik dan tidak terjadi hematoma.
f.
Bayi dalam keadaan baik.
g.
Ibu dalam keadaan baik.
Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan digunakan
untuk memastikan bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan
darah. Adapun gejala syok yang diperhatikan antara lain: nadi cepat, lemah (110
kali/menit atau lebih), tekanan rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat,
berkeringat atau dingin, kulit lembab,nafas cepat (lebih dari 30 kali/menit),
cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar serta produksi urin sedikit sehingga
produksi urin menjadi pekat, dan suhu yang tinggi perlu diwaspadai juga
kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu penanganan lebih lanjut.
2. Kontraksi uterus
Pemantauan
adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan kala IV persalinandan
perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir yang berguna untuk memantau
terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan
terjadinya perdarahan sangat kecil. Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan
secara seksama mengenai ada tidaknya kontraksi uterus yang diketahui dengan
meraba bagian perut ibu serta perlu diamati apakah tinggi fundus uterus telah
turun dari pusat, karena saat kelahiran tinggi fundus uterus telah berada 1-2
jari dibawah pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang
dihari ke-10 kelahiran.
3. Lochea
Melalui
proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun dari sekitar
1000gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50gr pada saat 30 minggu masa nifas.
Serviks juga kahilangan elastisitasnya dan menjadi kaku seperti sebelum
kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran sekret rahim (lochea)
tampak merah (lochea rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari
lochea menjadi lebih pucat (lochea serosa) dan di hari ke-10 lochea tampak
putih atau putih kekuningan (lochea alba). Lochea yang berbau busuk diduga
adanya suatu di endometriosis.
4. Kandung Kemih
Pada saat
setelah plasenta keluar kandung kencing harus diusahakan kosong agar uterus
dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna untuk menghambat terjadinya
perdarahan lanjut yang berakibat fatal bagi ibu. Jika kandung kemih penuh, bantu
ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untuk selalu
mengosongkannya jika diperlukan, dan ingatkan kemungkinan keinginan berkemih
berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih,bantu
dengan menyiramkan air bersih dan hangat pada perineumnya atau masukkan
jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih scara
spontan. Kalau upaya tersebut tidak berhasil dan ibu tidak dapat berkemih
secara spontan maka perlu dan dapat dipalpasi maka perlu dilakukan kateterisasi
secara aseptik dengan memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih ibu, setelah kosong segera lakukan masase pada
fundus untuk menmbantu uterus berkontraksi dengan baik.
5. Perineum
Terjadinya
laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat diklarifikasikan berdasarkan
luas robekan. Robekan perineum hampir terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hal ini dapat
dihindarkan atau dikurangi dengan cara menjaga jangan sampai dasar panggul
dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin akan lahir
jangan ditekan terlalu kuat dan lama.
Apabila
hanya kulit perineum dan mulosa vagina yang robek dinamakan robekan perineum
tingkat satu pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat
yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenetalis pada garis menghubungkan
otot-otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka. Sedang pada tingkat
tiga atau robekan total muskulus sfringter ani ekstrium ikut terputus dan
kadang-kadang dinding depan rektum ikut robek pula. Jarang sekali terjadi
robekan yang mulai pada dinding belakang vagina diatas introitus vagina dan
anak dilahirkan melalui robekan itu, sedangkan perineum sebelah depan tetap
utuh (robekan perineum sentral). Pada persalinan sulit disamping robekan
perineum yang dapat dilihat, dapat pula terjadi kerusakan dan keregangan
muskulus puborektalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Robekan
perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus dijahit, hal ini dapat
dilakukan sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus
dikeluarkan secara manual lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta
lahir. Perlu diperhatikan bahwa setelah melahirkan kandung kemih ibu harus
dalam keadaan kosong, hal ini untuk membantu uterus agar berkontraksi dengan
kuat dan normal dan kalau perlu untuk mengosongkan kandung kemih perlu
dilakukan dengan kateterisasi aseptik.
Untuk mengetahui selengkapnya tentang asuhan ibu bersalin kala IV klik [DISINI]
No comments:
Post a Comment